Lihat ke Halaman Asli

Musri Nauli

Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Logika Pilpres 2014

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam hiruk pikuk pilpres 2014, kita kemudian disodori berbagai logika untuk meyakinkan kandidate tertentu dan disodori logika untuk menolak kandidate tertentu.

Sebelum meyakinkan pilihan seseorang kandidate, logika yang hendak dibangun tentu saja berangkat dari “common sense” yang mudah diperdebatkan. Tidak memerlukan tafsiran yang rumit untuk menerima atau menolak logika yang hendak disodorkan.

Namun akhir-akhir ini ketika logika yang dibangun tidak berhasil dipatahkan, si lawan cenderung menggunakan berbagai alasan untuk “mengacaukan” logika sehat yang sudah tersusun (mistake). Dalam berbagai literatur logika yang kemudian dibantah tanpa argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan merupakan kesesatan.

Sekedar untuk mencatat, penulis berhasil memetakan berbagai “Kesesatan” hendak disusun untuk mematahkan logika yang telah disampaikan.

Argumentum ad hominen

Argumentasi yang disusun ditangkis dengan menyodorkan logika yang bertentangan.

Kita masih ingat dengan argumentasi Salah satu kandidate Presiden yang dituduh sebagai pelanggar HAM (ingat kasus penculikan). Namun bukannya “mengklarififkasi” tuduhan, namun argumentasi kemudian disusun, sang jenderal pihak seberang juga melanggar HAM. Aneh bukan ?

Persoalan substansi “apakah tuduhan “serius” pelanggar HAM itu benar atau tidak ?”. Kok melebar menuduh pihak lawan juga melanggar HAM.

Menggunakan logika yang telah disusun, maka tuduhan itu benar. Sedangkan apabila adanya jenderal pihak seberang yang dianggap sebagai tertuduh melanggar HAM, maka dalam kaidah pembuktian HAM ya, juga kita minta pertanggungjawabkan. Clear khan.

Argumentum ad Loculun

Argumentasi ini sering dipakai untuk menggertak lawan. Misalnya. Sang calon presiden merupakan jaringan komunisme di Indonesia. Dan sang pemberi argumentasi berikrar akan menjaga Indonesia dari ancaman komunisme. Lengkap dengan “segenap tumpah darah”.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline