Lihat ke Halaman Asli

Yunelfi Musraino Hohary

Mahasiswa Program Magister Ilmu Pertanian, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana

Karhutla: Pahami Faktor Pendukung Kerawanannya, Minimalisir Kejadian dan Dampaknya

Diperbarui: 7 Oktober 2019   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutlah) adalah salah satu peristiwa yang cukup menyita perhatian publik di negeri ini karena kejadiannya setiap tahun dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. 

Baik itu kerusakan alam, kerusakan lingkungan, masalah kesehatan maupun kerugian ekonomi. Bukan hanya itu, dampak kabut asap yang ditimbulkannya sangat mengganggu kesehatan juga transportasi  darat maupun udara bahkan mengganggu negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Tahun ini, peristiwa Karhutlah kembali menyita perhatian dan terkesan lebih panas dari tahun-tahun sebelumnya kerana bertepatan dengan kondisi politik dalam negeri yang sedang tinggi. 

Kehebohannya bahkan membuat Presiden Joko Widodo harus turun langsung ke lapangan guna meninjau perkembangan penanganan dan dampak yang ditimbulkan dari kebakaran ini (sekalipun sebagian orang mengganggapnya sebagai pencitraan). 

Peristiwa ini juga kemudian menjadi muatan aksi tuntutan mahasiswa dan masyarakat selain masalah UU KPK, RUU KUHP, RUU Agraria dan beberapa RUU yang dianggap kontroversi.

Memang secara kasat mata, pengendalian dan langkah antisipatif terkesan berjalan ditempat. Hal ini terbukti dengan luasan daerah terdampak yang masih sangat luas, meliputi hampir seluruh Propinsi di Indonesia kecuali Propinsi DKI Jakarta dan Propinsi Banten. 

Tahun 2019, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, luasan daerah terdampak Karhutlah mencapai 328.722 Ha. 5 Propinsi dengan luasan daerah terdampak terbesar adalah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Propinsi Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Terhadap peristiwa ini, banyak kajian-kajian juga penelitian-penelitian yang sudah dilakukan guna mempelajari dan mengurai penyebab Karhutlah, dan kesemuanya itu menyatakan bahwa penyebabnya adalah karena ulah manusia. Manusia menjadi faktor utama penyebabnya dan faktor alam hanyalah menjadi pendukungnya.

Berikut ini beberapa hal yang dianggap perlu dikemukakan berkaitan dengan faktor pendukung tingkat kerawanan terjadinya Karhutlah dengan harapan kemudian dapat menjadi pijakan dalam rangkah menyusun strategi pengendalian dan langkah antisipatif terhadap peristiwa ini.

Faktor Iklim/Cuaca

Setiap peristiwa kebakaran terjadi, selalu diawali dengan munculnya titik-titik panas (hot spot) dan sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Musim kemarau panjang yang biasanya berlangsung dari bulan Mei -- November menyebabkan suhu semakin tinggi, curah hujan yang semakin rendah, belum lagi pergerakan angin serta adanya gejala El Nino yang semakin mempercepat potensi terjadinya karhutlah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline