Lihat ke Halaman Asli

Musni Umar

TERVERIFIKASI

Kondisi Sosial Ekonomi yang Melatarbelakangi Prostitusi Anak

Diperbarui: 1 September 2016   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: stok foto | okezone.com

Sebagaimana telah diberitakan media, polisi telah mengungkap kejahatan terhadap anak-anak di Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang dilakukan oleh seorang gay. Sebanyak 99 anak dijadikan jualan oleh seorang gay kepada teman-temannya dengan imbalan sekali melakukan hubungan seksual dikenakan bayaran sebesar Rp 1,2 juta. 

Jualan seks bebas anak itu, pembagian hasilnya adalah demikian: Si Anak mendapat Rp 100.000 sampai dengan Rp 150.000, sisanya dikantungi oleh bos, pemilik bisnis prostitusi gay.

Untuk membahas masalah yang sedang aktual tersebut, tadi malam, 31 Agustus 2016, Luna, presenter RRI Pro 3, mewawancarai saya sebagai sosiolog Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.

Dalam wawancara, saya memulai dengan menyatakan rasa prihatin yang amat mendalam dan mengecam keras atas kejadian 'transaksi seks bebas bagi anak-anak', karena anak adalah masa depan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Menjadikan anak-anak sebagai jualan seks bebas sudah pasti menghancurkan masa depan mereka. Di kala mereka besar, pengalaman di masa kecil akan membekas dan tidak akan pernah dilupakan. Mereka berpotensi menjadi jahat dan terus menekuni perbuatan seks bebas.

Saya menegaskan bahwa tindakan mengorganisasi anak-anak untuk menjadi mangsa seks bebas adalah kejahatan kemanusiaan, bukan saja melanggar hukum positif, tetapi juga hukum agama, adat istiadat, budaya dan norma yang berlaku di masyarakat.

Oleh karena itu, saya memberi apresiasi kepada aparat kepolisian yang telah berhasil membongkar sindikat jual beli seks bebas anak-anak dan mengharapkan supaya pelakunya diproses secara hukum dan dihukum dengan hukuman yang setimpal agar ada efek jera bagi yang bersangkutan dan masyarakat luas. 

Mengapa Ini Terjadi?
Dalam wawancara tersebut, saya juga mengemukakan dengan pertanyaan mengapa hal itu terjadi.

Setidaknya ada dua faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya jual beli seks bagi anak-anak. Pertama, kemiskinan. Sebagian masyarakat Indonesia masih hidup miskin. Saya pernah melakukan penelitian di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi tahun 2013 tentang tenaga kerja penata rumah tangga yang popular dengan sebutan TKW (tenaga kerja wanita). Saya menemukan fakta bahwa menjadi tenaga kerja wanita di Timur Tengah, merupakan solusi untuk melepaskan diri jeratan kemiskinan keluarga. Mereka pendidikan rendah, tidak punya ketrampilan (kepakaran) dan lahan untuk bertani semakin terbatas karena dijadikan tempat industri dan perumahan.

Sementara, pabrik yang berdiri di kawasan Sukabumi, di lingkungan tempat mereka tinggal, tidak bisa menerima mereka untuk bekerja karena pendidikan tidak memadai dan tidak mempunyai kepakaran kerja (keahlian).

Maka, anak-anak yang dijadikan seks jual beli di Puncak, penyebab utamanya karena kedua orang tua mereka miskin, sehingga sangat muda dirayu dan dibujuk, sehingga secara suka rela menyerahkan anak-anak mereka kepada mucikari dengan imbalan uang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline