Pada 07 Juni 2014 saya menulis di Kompasiana bertajuk "Jangan Tertipu Survei Bayaran Pilpres". Tulisan itu telah dibaca 1195 dan mendapat banyak komenter yang setuju.
Hampir satu bulan setelah tulisan saya tersebut, 09 Juki 2014, bangsa Indonesia melakukan pemilihan Presiden dan alhamdulillah berjalan lancar dan aman sesuai asas pemilu yaitu langsung umum bebas rahasia serta jujur dan adil. Walaupun tidak sempurna karena ada laporan, masih terjadi politik uang diberbagai tempat dengan membagi uang dan sembako kepada rakyat miskin pada minggu tenang, tetapi rakyat tidak terpengaruh dalam melaksanakan hak pilihnya.
Hasil pemilihan capres-cawapres, kita sudah ketahui melalui hitung cepat atau yang populer "Quick Count". Kalau dalam tulisan saya tersebut diberi tajuk "Jangan Tertipu Survei Bayaran Pilpres", kali ini saya menulis dengan tajuk "Musni Umar Percaya Hitung Cepat Jokowi-JK Menang Pilpres 2014".
Mengapa Saya Percaya?
Setidaknya terdapat lima alasan saya percaya hasil hitung cepat yang dilakukan RRI, SMRC, CSIS, Indikator Politik Indonesia, Litbang Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), CSIS-CIRUS, Poltracking, Populi Center.
Pertama, lembaga-lembaga tersebut independen, tidak terkait PDI Perjuangan dan partai-partai pengusung Jokowi-JK, dan memiliki rekam jejak (track record) yang baik, sehingga bisa dipercaya hitung cepat yang dilakukan. Apalagi Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai lembaga publik, ikut berpartisipasi dalam hitung cepat - tidak mungkin melakukan hal-hal yang tidak benar karena anggarannya dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Kedua, beberapa hari sebelum pelaksanaan pilpres 9 Juli 2014, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempublikasikan hasil survei yang dilakukan bahwa Jokowi-JK tingkat elektabilitas (keterpilihannya) masih diatas Prabowo-Hatta. LIPI adalah lembaga non kementerian yang dibiayai dari APBN. Kredibilitasnya tinggi sehingga mustahil bermain angka untuk memenangkan Jokowi-JK dalam pemilihan Presiden (pilpres) 9 Juli 2014.
Ketiga, pada minggu tenang pilpres 2014, Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) mempublikasikan hasil survei yang dilakukan dengan menempatkan elektabilitas Jokowi-JK tertinggi dibanding Prabowo-Hatta. Pemilik lembaga ini mempunyai sumber dana yang cukup karena merupakan salah satu pemilik Group Kodel dan aktivis angkatan 66 yang idealis, sehingga tidak mungkin melacurkan diri dengan mempublikasikan hasil survei yang tidak sesuai realitas dilapangan.
Keempat, kampanye hitam terhadap Jokowi dan kerja keras tim Prabowo-Hatta didukung pemberitaan media yang masif, merubah peta dukungan di beberapa pemilih Muslim yang kuat seperti di Banten, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Barat, Maluku Utara, Kalimantan Selatan, tetapi gempuran itu bisa ditahan Jokowi-JK dan para relawannya, dengan tiga hal, yaitu konser dua jari yang dilakukan para musisi yang dibanjiri lautan manusia, yang dimanfaatkan Jokowi dengan baik membacakan Maklumat Jokowi-JK disertai Salawat Badar.
Selain itu, debat terakhir capres-cawapres 5 Juli 2014 yang dilakukan KPU di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, dimenangkan Jokowi-JK, sehingga mereka yang belum memutuskan mau memilih siapa, akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Jokowi-JK.
Terakhir, Jokowi beserta isteri melakukan umrah bersama KH. Hasyim Muzadi, Alwi Shihah, Khafifah Indar Parawangsa, memberi kontribusi ke Jokowi-JK bahwa fitnah yang dilancarkan ke Jokowi bukan Muslim dan bahkan menyebut komunis terbantahkan dengan sendirinya.