Lihat ke Halaman Asli

Monyet dan Manusia

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Di kawasan barat Pulau Sumatera, siapa pun yang meluncur dari arah Timur menuju Banda Aceh, di lintasan pergunungan antara Saree dan Seulimuem pasti akan berjumpa dengan serombongan kera dan monyet yang hilir-mudik di atas jembatan Seunapet seraya menanti lemparan makanan dari mobil pelintas.

Hari itu saya sengaja duduk di ujung pilar-pilar jembatan Seunapet sembari memperhatikan tingkah-laku seekor monyet jantan. Tak lama kemudian berhentilah sebuah sedan keluarga yang di dalamnya terdiri dari dua bocah lelaki, ibu dan ayah mereka.

Monyet jantan itu segera datang dan berdiri tak jauh dari mobil. Bocah yang duduk dekat jendela segera melempar sebutir buah pisang ke arah monyet itu. Si monyet menyambut pisang itu dengan tangkas, namun segera dibuangnya ke arah sungai. Tak dimakan.

Anak lelaki kedua melempar sebuah pisang lagi ke arah si monyet, dan monyet itu menyambutnya namun segera dibuangnya lagi pisang tersebut ke arah sungai. Pisang ketiga dilempar oleh ayah mereka, dan sang monyet menyambut namun lagi-lagi dibuangnya pisang itu ke sungai.

Pisang berikutnya dilempar oleh ibu mereka. Si monyet menyambut pisang itu, mengupas kulitnya pelan-pelan dan lalu memakan isinya dengan tenang. Si ayah yang tiba-tiba berwajah masam segera menghidupkan mobil dan tancap gas. Nampaknya ia kurang suka pada sikap dikotomis monyet itu.

Saat saya menuju ke sepeda motor untuk berangkat, si monyet berpalig ke arah saya dan mengeluarkan beberapa suara yang maksudnya dia mengatakan, bahwa perempuan beranak dua di dalam mobil tadi memang sangat cantik, tapi sayang suaminya kurang percaya diri dan agak cemburuan.

Saya menghidupkan sepeda motor sembari sedikit mengangguk sebagai respon alakadar pada monyet jantan itu. Sambil bergerak pelan, diam-diam saya mengeluarkan sekerat roti dari kantong jacket dan melempar secara khusus pada seekor monyet betina yang paling cantik dalam kawanan itu, juga sambil mengedip nakal ke arahnya.

Namun tiba-tiba, dengan wajah bersemu merah si monyet jantan mengejar saya dengan gerakan yang sangat antusias ingin menggigit saya. Saya segera tancap gas sambil mengedip sekali lagi ke arah monyet betina yang cantik; juga sambil berkata dalam hati, rupanya ketika dilanda cemburu, monyet dan manusia sama saja tingkahnya. Cuma beda gaya. Monyet: marah-marah. Manusia: merajuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline