Kebutuhan VS keinginan
Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, perbedaannya akan terlihat apabila ditinjau dari segi kesejahteraan.
Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera, sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan, yang diharapkan apabila dapat dipenuhi kita akan merasa lebih puas.
Namun, pada kenyataannya apabila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraan tersebut tidak akan berkurang.
Ditinjau dari segi fungsinya
Dari segi fungsinya, antara kebutuhan dan keinginan dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Makan adalah kebutuhan yang tidak terelakan, karena makanan memiliki fungsi utama sebagai sumber energi untuk tubuh, sedangkan memberikan rasa enak adalah fungsi tambahan dari makanan, makanan yang enak adalah keinginan, bukan kebutuhan, akan tetapi bukan berarti kita tidak boleh makan makanan yang enak-enak.
2. Berpakaian adalah kebutuhan kita agar terlindung dari cuaca dan pakaian juga berfungsi untuk menjaga aurat yang harus kita jaga. Akan tetapi apakah kita perlu memakai pakaian yang bermerk dan mahal, boleh-boleh saja, dengan demikian pakaian bermerk dan mahal bukan lagi kebutuhan, tapi keinginan saja.
3. Rumah juga merupakan kebutuhan, tempat kita tinggal dan bernaung, dan agar rumah dapat berfungsi dengan baik, maka rumah juga harus ditunjang dengan berbagai perlengkapan, seperti perlengkapan rumah tangga utama panci, piring, sendok, wajan, tempat tidur dan perabotan lainnya, dimana setiap alat dan perabotan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Sepanjang semuanya itu dipergunakan sesuai dengan fungsinya, maka hal tersebut adalah kebutuhan. Tetapi apabila dipergunakan untuk “pamer” misalnya sekedar menunjukkan kepada tetangga bahwa kita pun mampu membeli seperti mereka, maka hal tersebut bukan lagi kebutuhan, tetapi keinginan.
Asal keinginan Darimanakah datangnya sebuah keinginan? Keinginan datang dari hati yang selalu bolak balik, bisa jadi sebuah keinginan itu adalah keinginan yang baik atau sebaliknya. Sayangnya kita sering kali tidak melihat sesuatu dibalik keinginan karena perhatian kita senantiasa terfokus pada keinginan tersebut, bukan pada apa yang ada dibalik keinginan. Hawa nafsu Para ahli pemasaran atau penjualan sering mengatakan bahwa keputusan seseorang membeli sesuatu, lebih sering disebabkan oleh keinginan. Kemudian, logika membenarkan keinginan tersebut dan emosi seringkali lebih berperan dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan pikiran atau logika. Jika keinginan selalu kita turuti, artinya hidup kita akan dikendalikan oleh emosi. Emosi datang dari hawa nafsu yang rentan dipengaruhi oleh faktor luar (terutama syetan). Pikiran bawah sadar kita terkadang bisa menerima informasi jauh lebih cepat dibandingkan pikiran sadar, maka pola yang terbentuk dalam pikiran bawah sadar kita, sering kali tidak kita sadari. Keinginan datang dari sana, dengan pola yang tidak kita sadari. Maukah keinginan kita turuti saja, jika keinginan selalu kita turuti, artinya kita tidak bisa mengendalikan hidup kita. Hidup kita akan terombang ambing sebagaimana terbolak-baliknya hati kita. Peran logika atau akal akan terabaikan atau hanya sebagai pembenaran keinginan kita saja. Dalam hal ini, sesungguhnya kita telah mengabaikan potensi akal yang sudah Allah Swt berikan kepada kita. Pengendalian keinginan
Jika kita ingin lebih mengendalikan hidup kita, ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita harus mengoptimalkan peran akal sebelum kita bertindak. Caranya, ialah dengan berhenti/ bertahan pada saat kita memiliki keinginan dan jangan langsung kita turuti. Renungkan terlebih dahulu, apakah keinginan ini membawa kepada kebaikan atau tidak. Dalam hal ini, hanya sedikit orang saja yang dapat melakukannya., kebanyakan dari mereka bergerak seperti robot, dimana hidupnya diarahkan oleh berbagai faktor luar yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita yang tanpa kita sadari.
Kita semua mafhum, bahwa banyak orang yang akan menyangkalnya, karena mereka mengaku bahwa hidup mereka tidak seperti robot, mereka mengaku bahwa mereka selalu menggunakan akal pikiran sebelum bertindak. Semua pengakuan tersebut, adalah karena fokus mereka hanya pada tindakan-tindakan yang mereka lakukan secara sadar dan mereka tidak memperhatikan apa yang mereka lakukan secara tidak sadar, yang seolah-olah ia tidak pernah ada. Namanya juga tidak sadar, menurut beberapa literatur diakui bahwa lebih dari 90% tindakan yang kita lakukan dilakukan tanpa sadar. Sehubungan dengan itu, Al-Hasan Rahimahullah pernah berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti di saat berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan jika karena selain-Nya maka ia tinggalkan.” [Dikutip dari buku Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim Al Jauziyyah]. Masihkah kita selalu menuruti semua keinginan kita?
Berhenti pada saat memiliki keinginan, adalah salah satu teknik dalam manajemen qalbu (hati) sehingga qalbu kita akan menjadi qalbun salim (hati yang sehat). Kita semua sudah tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Dalam salah satu hadits yang begitu populer, RasuluLlah bersabda, yang artinya, “Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh, ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Renungan
Siapa yang tidak tahu hadits tersebut di atas, akan tetapi sejauh mana kita mengaplikasikannya. Salah satunya ialah dengan menahan diri pada saat kita berkeinginan, pada setiap keinginan muncul, renungkanlah apakah keinginan ini akan membawa kepada kebaikan atau keburukan, keberhasilan atau kegagalan, keridhaan Allah, atau kemurkaan Allah. Sebagai penutup catatan ini di dalam Al Quran dijelaskan bahwa watak manusia memang pada dasarnya mencintai materi walaupun kesenangan materi itu adalah palsu dan menipu. Dan, jika kita tenggelam didalam kematerian tersebut, maka posisinya bisa lebih rendah dari binatang. Firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran (QS, 3) ayat 14, زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب Artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran (QS, 3) ayat 185, كل نفس ذآئقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيامة فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. Firman Allah Swt dalam Surat Al Hadiid (QS, 57) ayat 20, اعلموا أنما الحياة الدنيا لعب ولهو وزينة وتفاخر بينكم وتكاثر في الأموال والأولاد كمثل غيث أعجب الكفار نباته ثم يهيج فتراه مصفرا ثم يكون حطاما وفي الآخرة عذاب شديد ومغفرة من الله ورضوان وما الحياة الدنيا إلا متاع الغرور Artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Firman Allah Swt dalam Surat Al A'raaf (QS, 7) ayat 179, ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. Demikian mudah-mudahan catatan tersebut di atas akan bermanfaat sebagai bahan renungan kita dibulan yang penuh barokah ini, Amiin Ya Rabbal Alamin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H