Skouw adalah salah satu Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di ujung timur Indonesia yang berbatasan langsung dengan Papua New Gunea (PNG). Terletak di Distrik Muaratami, atau sekira 60 km dari Kota Jayapura. Bisa ditempuh dengan jalan darat sekira 90 menit. PLBN Skouw masuk dalam program revitalisasi kawasan perbatasan. Selain Skouw pemerintah juga merevitalisasi PLBN Entikong, Badau, dan Aruk di Kalimantan Barat serta Motaain, Motamasin, dan Wini di NTT.
Jika Anda sempat mampir dan berkunjung ke Skouw jangan lewatkan kesempatan untuk bisa berkunjung ke kawasan PNG. Banyak menarik yang bisa dilihat di sana dan tanpa harus menggunakan paspor.
Berbeda dengan kawasan perbatasan RI-PNG di Merauke yang hanya ada hutan dan semak, perbatasan RI-PNG di Skouw benar-benar terlihat sebuah perbatasan dua buah Negara. Jujur saya sangat bangga menjadi rakyat Indonesia jika membandingkan kondisi perbatasan Indonesia dan PNG di sini.
Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw benar-benar mencerminkan kebanggaan, nasionalisme, martabat, dan harga diri bangsa. Tidak lagi terlihat kumuh seperti buritan rumah.
Bentuk bangunan induknya sangat megah, malah tampak seperti perkantoran mewah. Konon bentuk bangunan PLBN Skouw mengusung budaya lokal Papua. Desainnya mengadaptasi bentuk bangunan khas Rumah Tangfa dengan ornamen lokal pada sisi luar bangunan. Rumah Tangfa merupakan rumah pesisir di daerah Skouw, yang memiliki atap dengan bentukan perisai dan dua ruang panjang tempat masyarakat berkumpul.
Saya masuk kedalam bangunan gedung yang juga difungsikan sebagai kantor imigrasi. Tempatnya bersih dan semua petugas yang melayani dengan ramah.
Berjalan sekira lima ratus meter dari bangunan induk kami sampai di gapura tapal batas RI-PNG. Semua tertata rapi, bersih, dan berkonsep. Instagenic banget lah pokoknya.
Ada zona netral sekira 10 meter sebelum sampai pagar pembatas wilayah PNG. Dari area zona netral saya melihat beberapa tentara PNG tengah berjaga dan puluhan penduduk PNG tengah melakukan aktivitas di sebuah terminal kecil.
"Masuk saja Bang. Boleh kok, tidak perlu menggunakan paspor" kata anggota TNI yang berjaga di gerbang perbatasan.
"O, ya. Terima kasih Mas, infonya" saya bersemangat.
Saya memutar pagar masuk ke wilayah PNG, kemudian bertemu dan berbincang dengan tentara PNG yang tengah berjaga di dalam wilayah mereka. Tak jauh beda dengan orang-orang Papua, walau memakai seragam kedinasan, mulut mereka terlihat penuh mengunyah pinang.