Lihat ke Halaman Asli

Beijing, Legenda Kota Tua yang Menyimpan Banyak Cerita

Diperbarui: 7 Desember 2016   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barisan tentara sedang berpatroli di Tianamen Square (foto dindin)

Beijing menyambut  ramah kedatangan saya.  Cuaca cerah, mentari pagi bersinar terang. Walau suhu udara lumayan dingin, tetapi tubuh  saya masih bisa menahannya. Bulan Oktober tahun ini Tiongkok Utara mulai memasuki musim dingin. Jauh-jauh hari pihak travel agen juga mengingatkan agar kami mengantisipasinya.

Bandara  Udara Beijing yang superluas pagi itu  masih tampak sepi. Hanya beberapa petugas yang saya lihat berkeliling. Beda sekali dengan suasana di Jakarta atau bandara-bandara di Indonesia  pada umumnya yang selalu ramai. 

Melewati pintu imigrasi yang cukup angker, saya menuju  pengambilan bagasi,   melewati beberapa pos pemeriksaan, dan  akhirnya   bertemu A-Chin tour guide local sudah menunggu bersama busnya.

A-Chin mengajak saya  dan rombongan berkeliling Beijing. Sepanjang perjalanan, saya melihat  wajah Beijing. Jalanan lebar dengan lebih dari empat ruas setiap jalurnya.  Lebar jalan tampaknya berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah kendaraan.

“Luas Beijing dua puluh tiga kali lipat dari Jakarta, tetapi penduduknya hanya 23 juta jiwa”jelas Achin. Pantes saja ndak ada macet seperti Jakarta. 

Jalanan tampak bersih, tak ada papan reklame, dan tak ada pedagang kaki lima yang mendirikan tenda-tenda. Semua bersih dan tertata rapi. Yang ada hanya gedung-gedung apartemen yang berderet-deret seolah tiada habis.     

Beijing  kota tua yang memiliki banyak bagunan gigantik kuno yang menakjubkan. Hebatnya sampai kini masih terawat dengan baik. Forbiden City, Temple of Heaven, Great Wall, Summer Palace adalah beberapa tempat yang kini banyak dikunjungi wisatawan.

Tianamen Square selalu ramai pengunjung (foto dindin)

Tian An Men Square

Sekira 45 menit naik bus,  saya sampai  di Tian An Men Square.  Lapangan  yang memiliki   luas 440.000 m2 bisa jadi  lapangan terluas di dunia. Lapangan  ini persis berada di jantung  Kota Beijing, berseberangan dengan Imperial Palace atau Forbidden City. Di lapangan inilah pada 1 Oktober 1949   Mao Zedong Sang Pemimpin Revolusi Tiongkok memproklamirkan  kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok.

Walau sangat luas, lapangan ini  terlihat bersih. Ada taman luas nan cantik  penuh bunga warna-warni. Pengunjung yang masuk semua diperiksa termasuk barang bawaanya. Dan kata A-Chin untuk menjaga  pamor Tian An Men  bus atau kenderaan yang melintas jalan di sekitar lapangan harus bersih dari tulisan iklan atau sponsor produk apapun.

Melihat sejarah, Tian An Men  pernah menjadi saksi peristiwa bersejarah bangsa Tiongkok modern yang terkenal dengan peristiwa 64 karena terjadi 4 Juni 1989. Pada saat itu mahasiswa melakukan aksi protes  memperjuangkan kebebasan dan demokrasi.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline