[caption caption="Lokasi tempat mereka berselfi (foto dindin)"][/caption]Ini peringatan serius buat para orang tua untuk lebih ketat mengawasi pergaulan anak-anaknya. Enam sekawan dari dua sekolah yang berbeda hanyut terbawa arus sungai saat berselfi di hutan wisata Tinjomoyo, Kec. Gunungpati Kota Semarang.
Mereka adalah MA, R, NWP, JBS, I, dan Y. Empat perempuan dan dua laki-laki. MA, R, dan NWP selamat, sedangkan JBS, I, dan Y tewas terbawa arus. Saat saya ke lokasi kejadian, baru jenazah Y yang berhasil ditemukan.
Ada fakta mengejutkan dari kejadian memilukan ini.
Disinyalir Selfi dalam Kondisi Mabuk
Mengejutakan memang, menurut keterangan salah seorang korban selamat, usai tryout sekira pkl. 11.30 mereka berenam jalan-jalan bersama. Awalnya bermain di daerah Tugu Muda, beberapa saat kemudian dengan naik sepeda motor mereka menuju hutan wisata Tinjomoyo di daerah Bendan Ngisor.
Sampai di Jembatan Tinjomoyo, mereka duduk-duduk, menikmati pemandangan, dan menenggak minuman keras. Sekira pkl. 13.45 keenamnya turun ke sungai untuk berselfi. Asyik berselfi mereka tidak menyadari air bah datang. Keenamnya pun tersapu arus. Sungai di bawah Jembatan Tinjomoyo adalah sungai besar. Sungai-sungai kecil di wilayah Ungaran dan Semarang atas bermuara di sini. Jadi sering terjadi banjir kiriman dari wilayah atas, walau tidak hujan sekalipun di sekitarnya. Bisa jadi keasyikan berselfi tidak menyadari datangnya air bah. Akibat kejadian ini tiga dari siswa sekolah menengah ini selamat, tiga lainnya hilang.
Siswa Madrasah
Enam anak usia 14-16 tahun tersebut adalah siswa dua madrasah tsanawiah yang berbeda. Salah satunya cukup dikenal di Semarang karena sangat ketat dalam pola pendidikan bagi murid-muridnya. Porsi pembelajaran agamanya berbeda dengan madrasah pada umumnya; lebih banyak. Sejauh yang saya tahu guru-gurunya pun sangat baik dan berdidikasi dalam mendidik anak. Saya kenal baik dengan kepala sekolah dan beberapa guru di madrasah ini. Sungguh di luar dugaan, empat dari eman anak yang mengalami musibah ini berasal dari madrasah tersebut.
Sekali lagi ini mengingatkan orang tua, guru, dan masyarakat bahwa pendidikan di sekolah bukan satu-satunya variabel pembentuk akhlak dan perilaku anak. Peran orang tua dan masyarakat juga berperan sangat besar dalam pendidikan anak.
Memantau pergaulan anak secara intens sangat penting. Sebagai orang tua tentu kita berhak mengetahui kalau perlu membatasi pergaulan anak. Dalam masa perkembangan menuju dewasa, pengawasan sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Mudah-mudahan kita bukan termasuk orang-orang yang merugi. (din)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H