Lihat ke Halaman Asli

Meriahnya Festival Daun di Semarang

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1429517304750357527

[caption id="attachment_411387" align="aligncenter" width="500" caption="Anak-anak mengenakan busana daun, lucu (foto dindin)"][/caption]

Kalau Rio De Jenairo punya Festival Bunga, Manila punya Festival Panagbenga, maka Semarang punya Festival Daun. Ya, Semarang memang sedang bersolek  dengan berbagai event untuk mengangkat sektor pariwisatanya. Salah satunya dengan menggelar Festival Daun 2015.  Memang tidak seheboh dua tempat yang saya sebut sebelumnya, namun gelaran pada Minggu (19/4)  ini patut diapresiasi, mengingat di tempat lain sepertinya belum pernah dilakukan.

Festival Daun ini dilaksanakan dalam rangkaian tradisi Nyadran Kali. Sebuah tradisi yang memang jamak peringati oleh masyarakat pesisir sebelum bulan puasa datang. Lokasi yang dipilih adalah di Desa Wisata Kandri, Kec. Gunungpati atau sekitar 15 km ke arah selatan Kota Semarang. Daerah ini terletak di pinggiran Semarang. Sangat asri karena berupa pegunungan dengan banyak pepohonan. Gunungpati dan sekitarnya juga menjadi pemasok utama komoditi buah durian dan rambutan dengan kualitas paling baik di Semarang.

Arak-arakan Budaya


[caption id="attachment_411388" align="aligncenter" width="500" caption="Ibu-ibu pembawa sarapan; kelompok ini yang paling ramai (foto dindin)"]

14295173661861073522

[/caption]

Festival ini dimulai dengan arak-arakan dengan  mengambil  posisi awal dari gapura desa sampai dengan lokasi Sendang Gede  yang berjarak  sekitar satu kilometer.  Sungguh sangat meriah. Ratusan orang tumpek blek larut dalam kesenangan. Urut-urutan parade paling depan dipimpin  oleh  Pak Lurah, Pak Camat, dan disusul  perempuan pembawa sesaji. Mereka dikawal oleh prajurit pria dan wanita bersenjata tombak dan panah.

Di belakang mereka berjalan ratusan ibu-ibu membawa “bongkoan” yakni makan pagi berupa nasi kluban/gudangan yang dibungkus daun dan diikat selendang.  Makanan-makanan  ini nantinya akan dibagikan kepada pengunjung dan peserta  festival. Menariknya ibu-ibu yang membawa bongkoan tersebut berjalan beriringan  berpayung daun-daun pisang.

[caption id="attachment_411389" align="aligncenter" width="500" caption="Kalau ini mungkin gaya natural, apa adanya (foto dindin)"]

14295174531401826013

[/caption]

Yang paling menarik perhatian adalah” parade daun” yang diikuti ratusan anak-anak SD/MI di wilayah Kec. Gunungpati. Lima puluhan kelompok memamerkan berbagai kreativitas dalam kostum-kostum yang unik dan eksotik. Daun-daun basah ataupun kering yang biasanya diabaikan mata, diubah menjadi kostum indah nan cantik.

[caption id="attachment_411390" align="aligncenter" width="500" caption="Kreatif neh, berbahan janur (foto dindin)"]

1429517560356342731

[/caption]

Lurah Kandri Akhiyat pada kesempatan itu  mengatakan bahwa kegiatan ini sebagai ungkapan syukur warga kepada Sang Mahapencipta karena wilayahnya selalu subur dan takpernah kekurangan air. “Nyadran adalah tradisi yang wajib dilaksanakan. Nyadran adalah sarana mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya air” ungkapnya.

[caption id="attachment_411391" align="aligncenter" width="500" caption="Beautiful dress code (foto dindin)"]

1429517625616225109

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline