Lihat ke Halaman Asli

Melihat Indonesia dari Kampung Berua, Ramang-Ramang

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13986100491173339450

[caption id="attachment_333580" align="aligncenter" width="490" caption="Titik awal perjalanan menuju Ramang-Ramang (foto dindin)"][/caption]

Banyak cara dilakukan untuk  menanamkan cinta tanah air pada generasi muda. Salah satunya   seperti yang dilakukan SMA Nasima Semarang. Sepekan kemarin, Senin-Jumat (21-24 April) sekolah yang berada di Jl. Trilomba juang No 1 Semarang ini menggelar Jelajah Nusantara Celebes Island 2014. Sebanyak 65 anak kelas XI dan 7 guru pendamping  ini melakukan ekspedisi perjalanan ke Makassar Sulawesi Selatan.

Kepala SMA Nasima Traju Ismono mengatakan bahwa kegiatan Jelajah Nusantara bertujuan untuk memberikan wawasan  wawasan dan pengenalan ragam budaya, adat istiadat, dan kekayaan alam nusantara kepada siswanya.

“Jelajah Nusantara merupakan program tahunan sekolah yang merupakan implementasi dari ciri khas kenasimaan yakni wawasan kebangsaan. Anak-anak sebagai calon pemimpin masa depan harus memiliki konsep bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta dan Jawa. Indonesia negeri yang terdiri dari ribuan pulau yang didalamnya tinggal beragam suku bangsa. Dengan Jelajah Nusantara ini diharapkan akan membuka wawasan  mereka tentang nusantara yang sebenarnya. Ekspedisi sebelumnya  telah merambah ke  Kalimantan,  Lombok, Bali,   Jatim, dan Banten. Targetnya seluruh nusantara kita kunjungi “” tutur Traju.

Belajar Kearifan  dari Kampung Berua  Ramang-Ramang

Selama empat hari, peserta Jelajah Nusantara dibawa menikmati sensasi dan pengalaman baru  mengenal alam, adat dan budaya  Sulawesi Selatan. Salah satu tempat yang paling menarik adalah Berua. kAMPUNG Berua merupakan sebuah perkampungan terpencil di Desa Ramang-Ramang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

[caption id="attachment_333582" align="aligncenter" width="560" caption="Rumah adat sederhana  Sulawesi, banyak ditemui di sepanjang aliran sungai (foto dindin)"]

1398610224718010853

[/caption]

Perkampungan yang terletak di tengah gugusan karst   ini  menyimpan   kekayaan pengetahuan yang takternilai, mulai dari pemandangan alam yang sangat indah,adat istiadat, serta kearifan dan kesederhanaan para penghuninya.

Di sepanjang  perjalanan menuju Kampung Berua kita akan disambut oleh pemandangan hamparan pegunungan karst yang sungguh indah. Lebih dalam  lagi kita  masuk, akan menemui sebuah aliran sungai yang tenang. Penduduk setempat  menyebutnya Sungai Puthe. Pemandangan di sekitar sungai ini  sangat indah.   Gunung-gunung karst hijau yang menjulang di kiri kanan sungai. Tampak  terlihat juga rumah panggung sederhana  khas Sulawesi  yang berjejer di sepanjang sunggai.

[caption id="attachment_333583" align="aligncenter" width="560" caption="Gerbang sederhana di Kampung Berua, Ramang-Ramang (foto dindin)"]

13986103352079604821

[/caption]

Setelah hampir   tiga puluh menit menyusuri sungai, perahu bersandar di tepian sungai yang menjadi gerbang kecil sebuah perkampungan. Inilah sudut terindah di Ramang-Ramang. Terlihat hamparan  sawah yang membentang luas, dan  deretan  rumah tradisional  tampak di tengah  gugusan karst. Beningnya air sungai dengan aneka ikan air tawar yang hidup di dalamnya   menjadi pertanda bahwa warga Kampung Berua Ramang-Ramang memang sangat menghargai alam.

Kampung Berua  Ramang-Ramang hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga. Walau hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga namun   dua bahasa asli Sulawesi Selatan yang digunakan yakni Bahasa Makassar dan Bahasa Bugis tetap dipertahankan oleh para penuturnya yang tinggal di kampung itu. Bahkan menurut Rosyid salah seorang warga,   bukan hal yang aneh jikakalau dalam sebuah keluarga orang tuanya berhahasa Bugis, anaknya berbahasa Makassar.

[caption id="attachment_333584" align="aligncenter" width="560" caption="Melewati pematang sawah nan indah (foto dindin)"]

13986104781993264010

[/caption]

Kehidupan warga Kampung Berua  Ramang-Ramang juga jauh dari hingar bingar kota. Rumah-rumah panggung  kebanyakan terbuat dari kayu seadanya bahkan terkesan sangat bersahaja.  Mata pencaharian sebagian besar  warganya hanya dari menangkap ikan dan bertani.

Lantas apa tidak ada keinginan pindah mencari tempat yang lebih baik dan meninggalkan Ramang-Ramang? Rosyd   menjawab  sambil tersenyum“ Tidak lah. Kami sangat nyaman di sini. Kami tak ada niat sedikitpun meninggalkan leluhur kami “ ungkapnya dengan aksen Makkassar yang khas.

[caption id="attachment_333585" align="aligncenter" width="560" caption="Hmm amboy indahnya (foto dindin)"]

139861056187605019

[/caption]

Maha Rani salah seorang peserta Jelajah Nusantara mengungkapkan  pengalamannya mengikuti kegiatan ini  “Sungguh keberagaman nusatara   tiada habis untuk dibaca. Tak hanya kekayaan alamnya yang mempesona, adat dan budayanya  rakyatnya  pun menyimpan  sejuta pesona. Perjalanan ini menambah wawasan saya tentang keberagaman Indonesia” ungkap siswa kelas XI ini.

[caption id="attachment_333589" align="aligncenter" width="560" caption="Berbincang bersama warga (foto dindin)"]

1398610726962132214

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline