Lihat ke Halaman Asli

Dibina Bukan Disiksa

Diperbarui: 22 November 2021   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 17 November 2021 kemarin tepatnya pukul 20.00 WIB Mata Najwa live di officialtrans7 dimana pada saat itu acara televisi Mata Najwa membahas mengenai kasus kekerasan yang dialami mantan warga binaan Lapas Narkotika Kelas IIA Sleman Yogyakarta. 

Para mantan warga binaan yang ramai-ramai datang ke acara Mata Najwa untuk menyuarakan kasus yang pernah dialaminya. Mereka sepakat untuk tidak membawa kasus ini ke ranah pidana asalkan bentuk-bentuk kekerasan di lapas segera dihentikan.  Sejumlah mantan warga binaan mengalami perlakuan tidak manusiawi saat berada di Lapas, seperti mendapat cambukan menggunakan kabel dan selang, memakan pepaya busuk yang ada ulatnya sampai diminta untuk meminum air kencing.

"Kami memang bermasalah, tapi kami juga manusia. Bahkan seekor hewan pun tak selayaknya dianiaya" ujar salah satu koran dugaan napi di Lapas Narkotika IIA Yogyakarta.

Lapas itu singkatan dari "Lembaga Pemasyarakatan" berfungsi untuk membina para napi. Belakangan ini muncul pengakuan para mantan napi yang mendapat kekerasan saat berada dibalik jeruji. Siksa lapas tersebut bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga pelecehan seksual. Mulai dari dipukul, ditendang, dicambuk, hingga ditelanjangi dan dipaksa minum urine. 

Hal ini sesuai dengan pengakuan dari sejumlah mantan narapidana yang pernah merasakannya. Mereka mengaku dianiaya selama dipenjara, disiksa bahkan sejak hari pertama. Aksi kekerasaan oleh petugas lapas itu juga kerap dilakukan kepada napi yang baru masuk ke lapas narkotika.   

Tidak pernah habis perkara dari lembaga permasyarakatan. Kabar penyiksaan, transaksi dan patpatgulipat, penghuni kabur cuma sebagian masalah. Belum terlalu lama, puluhan narapidana tewas terpanggang di Lapas Tangerang, tak kuasa menyelamatkan diri dari bencana kebakaran.

Apa yang terjadi sebenarnya di balik tembok tebal dan tinggi pemenjaraan di Indonesia? Cukupkah reformasi sistem pengelolaan lapas ataukah sistem peradilan dan pemidanaan yang membutuhkan pembaharuan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline