Dear Gumi Paer Lombok,
Terima kasih atas cinta hampir setengah abad. Dari keindahan alam yang abadi terpatri, di satu pagi, tampak olehku dari atas puncak Anjani. Puncak tertinggi Gunung Rinjani, 3726 mdpl (meter di atas permukaan laut).
Keabadian keindahan lainnya, aku temukan di kedalaman 5 sampai 10 meter di bawah 0 mdpl. Karang, atol indah dan ikan-ikan hias cantik, tersebar di empat penjuru mata angin. Gili Sulang, Bidara dan Kondo di timur laut. Gili Petelu dengan semburat pink di pantainya, di sisi tenggara. Gili Asahan, Gede, Nanggu, Kedis dan Sudak di barat daya. Pun tentu Gili Trawangan, Air dan Meno di barat laut. Dari puncak Anjani, gili-gili cantik ini serupa noktah.
Dear Gumi Paer Lombok,
4.739 km2 luasmu, adalah rumah dari suku terbesar, suku Sasak. Namun, aku adalah aku di hari ini, yang pernah berteman dengan sekeluarga besar keturunan Arab, Cina, beragama Budha, Kristen, Hindu, keberagaman di lima sila Pancasila. Bekal mendasar, dimana pun hidup dan tinggal, selama di bumi pertiwi, 'Dimana bumi dipijak, disitu lah langit dijunjung'.
Adat istiadat dan budaya, semoga mampu kami jaga, rawat, sampai kapan pun. Merarik, Nyongkolan, Perisean, Lebaran Topat, Ngayu-Ayu, Gawe Adat Bayan, dan masih banyak lagi. Tiga budaya tutur, Meno Mene, Lito Lite, Keto Kete, disatukan pada yang terbesar, Bahasa Kita Yang Satu, Bahasa Indonesia.
Dear Gumi Paer Lombok,
Semoga anak keturunanku, masih bisa memasak dan merasakan kelezatan pelecing Kangkung, Ayam Taliwang, sayur Ares, Jaje Tarek, Poteng Jaje Tujak, Pelalah Manuk, di rasa termanis dari yang diberikan tanahmu yang subur.
Sedikit doaku, duhai Lombok, siapapun nanti yang memenuhi setiap jengkal tanahmu, di apapun alasan mereka tinggal di sini, adalah sama cintanya seperti aku padamu.