Ada yang ikutan pusing dan mulai melamun, terus overthinking gara-gara outfit lebaran? Anak-anak dan suami saya, terhitung sudah mulai tak ambil pusing. Apalagi sampai harus mengikuti tren warna mode tahun ini. Kabarnya, magenta dan gradasi warna terdekatnya.
Di artikel web Kompas yang rilis tanggal 23 Februari tahun ini, makna filosofis warna Magenta adalah 'Kehangatan yang semarak'. Wah, sebenarnya memang cocok ya. Tahun ini, lebaran pertama kita benar-benar bebas dari banyak hal selama pandemi lalu.
Sudah boleh tanpa masker. Tidak wajib cuci tangan pakai sabun di area masjid atau tanah lapang lokasi sholat ied. Tak ada pembatasan jarak lagi. Tidak perlu pula sedikit sedikit semprot hand sanitizer atau lotion dengan bahan pembunuh kuman ekstra. Bebas!
Kemerdekaan kembali ke rutinitas normal, tentu sangat semarak dan pantas dirayakan dalam kehangatan. Masalahnya, masa sih semasjid penuh atau satu lapangan, semua jemaah lantas kenakan outfit warna magenta semua? Aaakkk, yang ada, nanti malah dikira sedang menciptakan rekor berbusana lebaran warna magenta terbanyak sedunia
Kalau masalah tren mode, biasanya saya menyesuaikan dengan outfit pilihan putri sulung saya. Dia lah yang kerap masih suka pusing, antara mengikuti tren terbaru, atau bebas merdeka dengan kesenangan rutinnya, mengenakan outfit di tone warna-warna bumi. Serba flat, datar dan cenderung bolak balik di warna itu saja.
Masih di istilah mode, tone senada warna-warna bumi ini, kerap disebut Cewek Mamba. Sebaliknya, magenta cenderung ke warna-warni bak permen karet, atau cookies dengan warna terang. Yang begini, disebut cewek kue. Filosofis Mamba dan Kue, serupa abu gelap saat mendung versus cerah warna pelangi saat langit sedang biru cerah.
Entah antara karena masih sibuk bekerja atau memang sudah mulai overthingking memilih mode, belum ada kabar putri saya mau mengenakan warna apa. Saya pribadi, sudah terpikir kenakan gamis yang ada saja. Kebetulan ada kerudung berwarna sama. Hijau daun mangga. Rasanya sih begitu. Anak bungsu cowok dan suami, ya seadanya di lemari. Kalau tidak bisa sarimbitan warna hijau, ya setidaknya tidak lantas jadi berwarna mejikuhibiniu juga lah.
Jadi gimana dong? Ya nggak gimana-gimana. Di umur sekarang, bahkan sesederhana memikirkan 'Tidakkah sandang kami sekeluarga berlebihan? Sanggupkan kami dalam timbangan yang adil ketika dihisab, menyimpan pakaian yang berlebihan?' -- tetap saja tidak signifikan mengurangi tumpukan lipatan baju dan celana di dalam lemari. Hiks..