Lihat ke Halaman Asli

Muslifa Aseani

TERVERIFIKASI

Momblogger Lombok

Berbagi Suami demi Cinta atau Keegoisan Iman?

Diperbarui: 15 April 2022   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Kehormatan di Balik Kerudung. Cred. web Hotstar

Bagaimana tak kagum? Sosok Ifan good looking di wajah, tubuh dan sikap. Jangankan Sofia dan Syahdu, perempuan manapun yang mengenalnya akan menjadikan Ifan sebagai sosok ideal suami masa depan. Tapi tenang, di film Kehormatan di Balik Kerudung, sejak awal, penonton hanya perlu memilih. Sofia atau Syahdu kah, perempuan paling pantas bagi Ifan ?

Oia, ini film lama. Rilis di tahun 2011. Dulu. Saya pun lupa menontonnya kapan dan dimana. Yang jelas, bukan di bioskop (tutup wajah). Jadi, ulasannya full spoiler ndak masalah kan ya? ^^

Cinta Pada Pandangan Pertama

'Penyakit' lama saya, sudah mulai muncul sejak awal alur film ini dimulai. Ekspektasi berlebih pada makna dari judul yang dipilih, mulai ambyar di scene pertemuan Ifan dan Syahdu. Bayangan saya, percakapannya pendek-pendek. Garing. Lalu selesai tanpa kenangan apa-apa.

Sangat  berbeda tentu saja, dengan 'kenyataan' di film. Ifan sangat menyukai fotografi. Sosok serba sempurnanya, -- sekarang saya baru sadar, semacam mirip sosok misterius Nicholas Saputra di real life *grin, makin makin istimewa. Jaket atau outfit atasan serba hitam. Ransel yang selalu nyangklong di bahu kanan. Tentengan kamera DLSR di tangan kiri. Ketika tali kamera nyangklong juga di badan, giliran satu buku terpegang di salah satu tangannya. Kan, sepakat kalau karaktek Ifan ini cakep di bodi dan otak? Hehehe

Pertemuan paling pertama Ifan dan Syahdu, syukurnya, dimulai dengan Ifan-lah yang membuka percakapan. Bukan cat calling ya. Pembuka obrolan yang cukup sopan. Tak urung, Ifan juga tak sungkan memuji kecantikan Syahdu. Jangan lupa, ia fotografer. Pujiannya bisa jadi karena kegiatan memotretnya telah  merekan berbagai wajah dari balik lensa kamera. Di sini, saya memuji pilihan sutradara, yang membuat tokoh Syahdu tersipu dan refleks  menutupkan kerudung (tepatnya selendang panjang) ke wajahnya dan menyisakan sepasang mata yang panik, tapi suka. Rrr, bagaimana frase tepatnya ya. Begitulah, perempuan ketemu sosok asing, langsung memuji mereka cantik, panik tapi wajah auto merona merah. Lalu ada sungging senyum di bibir. Tepat dong, frase panik tapi suka.

Sekian lagi kalimat-kalimat pendek, dan penolakan Syahdu, yang enggah wajah cantiknya dipotret Ifan . Kereta api datang, Syahdu harus segera pergi. Tengok sebentar, eh, sudah keduluan ditinggal Ifan . Lalu, ada satu buku tertinggal di bekas tempat duduknya. Sembari bergegas, mau tak mau, Syahdu memungut buku tersebut lalu memburu kursi di KA.

Jodoh Takkan Kemana, Ya Kalau Memang Benar Jodoh

Nah, di Kehormatan di Balik Kerudung, Syahdu dan Ifan ternyata lekas berjodoh, saudara saudara. Syahdu yang sedang mengunjungi kakek neneknya di salah satu sudut desa Pekalongan, ternyata langsung bertemu Ifan lagi. Eh, pas jadi iman sholat di salah satu musholla di desa tersebut pula. Tunggu. Selintas, masih di desa ini juga, lewat Sofia. Sebentar, nanti ada sub-nya sendiri membahas Sofia ya.

Pendek kata, obrolan awal di bangku tunggu stasiun kereta, berlanjut di desa. Senangnyaaaa menjadi Ifan dan Syahdu. Percikan rasa suka di pertemuan awal, langsung bersambung pertemuan intens. Senangnyaaaa jadi Syahdu. Pertemuannya dengan Ifan lancar, karena banyak dibantu sepupunya, juga remaja-remaja desa, yang suka melihat kedekatan mereka berdua. Manusiawi. Sosok cantik dan ganteng, memang mudah berjodoh. Pas saja gitu dilihatnya. Sedihnya, Syahdu mendadak terpaksa pulang cepat. Ibunya sakit parah dan harus segera dirawat di rumah sakit, bahkan harus segera dioperasi.

Couple goals kan? Cantik dan ganteng. Cred. FB film Kehormatan di Balik Kerudung

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline