Semalam, seorang teman blogger Lombok yang juga seorang tenaga kesehatan, mengingatkan di salah satu akun sosmednya. Sebaiknya, siapapun kita jangan sampai kendor. Kasus di negara India, dimana warga yang positif Covid-19 melonjak tajam, menjadi pembelajaran berharga. Saya rasa, tak ada yang mau, jika lingkar pertemanan meninggal dunia sampai sebanyak 13 orang karena Corona. Lagi-lagi buat saya, sungguh tak terbayang. Manalagi jika terjadi di keluarga besar. Na'udzubillah minha, summa na'udzubillah.
Jika di awal pandemi tahun lalu, banyak dari kita yang kesulitan mendapatkan masker atau hand sanitizer, kini dua benda ini hampir selekat HP. Putra saya, alhamdulillah sudah default membekal masker. Baik saat ke sekolah, ke masjid atau menemani saya keluar rumah. Kakak sulungnya yang abg, menyisihkan uang jajannya untuk membei masker 'keren'. Masker yang disamping mencegah penularan virus Covid-19, juga tampak trendy. Lebih baik ndak jajan, dibanding ke sekolah pakai masker kain biasa.
Skuy, Tetap Ketatkan Protkes 5M Dimanapun dan Kapanpun
Jangan bosan membaca ulang, atau menuliskannya, 5M standar protkes ketat. Satu Mengenakan Masker, dua Mencuci tangan dengan sabun, tiga Membawa hand sanitizer, empat Menghindari mobilitas dan lima Menjauhi kerumunan.
Saya pribadi sudah sangat jarang manteng update kasus Covid-19. Lebih memilih sibuk dengan produktivitas harian dan optimal menjaga kesehatan diri serta keluarga. Tapi tahukah? Angka pasien Corona masih ada, juga yang meninggal. Meski tentu juga selalu ada peningkatan angka pasien yang sembuh. Coba intip langsung di Kompas Com ya.
Jadi, virus Covid-19 sudah seperti kebanyakan penyakit Common Cold. Flu, batuk, demam ringan, dan banyak lagi penyakit yang disebabkan virus lainnya. Obatnya? Ya hanya imunitas tubuh kita sendiri. Gelombang vaksin sudah meluas, but hey, proses vaksinasi hanya salah satu upaya pencegahan efek serius Corona. Bukan menghilangkannya.
Dong Ayok Bareng-Bareng Sabar dan Tabah di Rumah Dulu Saja
Saya, beberapa teman blogger, beberapa tetangga, banyak yang masih memilih untuk lebih banyak di rumah dulu saja. Hari ini misalnya. Meski sedang tak berpuasa, tapi karena sedang tepar oleh masalah perut, saya tadi hanya mengantar anak bungsu berangkat ke sekolah sampai gerbang rumah. Memastikan gojek yang kami pesan, sudah sesuai dengan aplikasi. Sedikit bahan makanan, dibeli si sulung. Dan sisa hari, rasanya saya hanya wara wiri dari kamar dan dapur. Tidak puasa dan tidak enak badan, sungguh sangat tidak nyaman.
Yang menenangkan, barisan yang masih suka di rumah saja, masih banyak. Lintas negara sekali pun. Bagaimana bisa tahu? Kembali saya mengutip acara rutin mingguan dari Koteka - Komunitas Traveler Kompasiana. Zoom #KotekaTalk tetap diadakan seminggu sekali. Pesertanya dari Jerman, Lombok, kota-kota besar di Jawa. Jika narsumnya Duta Besar di negara-negara sahabat, yang hadir bisa dari Inggris, Bangladesh, Nepal dan Austria. Demikian juga beberapa komunitas K lainnya. Ketapels sedang ada GA di IG. Inspirasiana ya iya., Click dan juga Komik. Komunitas-komunitas ini tetap konsisten berkegiatan.
Jejak aktivitas mereka terbaca di lintas sosmed. Kadang sebatas saling support dengan like, komen, atau retweet. Lain waktu, bahkan kolaborasi dan membuat event online bersama. Pendek kata, banyak jalan menuju Roma, terterapkan di era New Normal Lyfe sekarang. Kita boleh masih di rumah saja, namun produktivitas, kreativitas, juga tetap menyala. Semangat!
*Selong 27 April 2021