Di kaki Rinjani, kau bilang kau semat cintamu
Tak bertepi, serupa pikirmu yang abai batas
Lalu karenanya, hatiku jatuh
Jatuh pula hatiku, ketika sekolah gunungmu akhirnya mulai buka
Meski kemudian cintamu, lagi dan lagi, kembali membilang dan tanpa tepi
Anak-anakmu, lelaki dan perempuan, perempuan dan lelaki, turut pula kucintai
Demi kita tetap saling menyapa
Walau kini bentangan benua, samudera, pun negara
Jauhkan sosokmu, nun di sana, di kaki Rinjani
Nja, bagiku, kau putri Rinjani
Di sosokmu, kuyakini Rinjani lestari sampai berbilang generasi
Cintamu pada Rinjani, kukuh kau lekatkan di setiap kata, lakumu
Anak-anakmu, perempuan dan lelaki, lelaki dan perempuan, turut sibuk membacai dan menulis
Satu kalimat teguhmu, yang juga kujagai, diam-diam tanpa kau tahu
'Rinjani, adalah lahirku, namun takkan pernah jadi kematianku. Rinjani akan selalu hidup, kuingin, selamanya'
*Teaser Fiksi Bersambung, Kisah Awalnya Lahir Di Sini
*MadrasahAlamSayangIbu , Lingsar, Lombok, 3 Juli 2020
Rangkaian #puisiarin, saya tuliskan sejak tahun 2016 lalu.
InshaAllah rangkaian puisi lainnya akan saya sematkan di post ini. Segera
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H