Lihat ke Halaman Asli

Muslifa Aseani

TERVERIFIKASI

Momblogger Lombok

Begibung, Keromantisan Momen Makan di Lombok

Diperbarui: 23 Mei 2018   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberok terong, Ayam Taliwang dan Gulai Ikan khas Sasak Lombok. Dokpri

Dulu saat belum menikah, momen berbuka saat Ramadhan adalah momen makan 'begibung'. Memang tidak seperti yang sempat tren beberapa waktu lalu, menyajikan makanan di piring besar, nampan, atau daun pisang sepanjang meja. Begibung, karena semua anggota keluarga berkumpul di ruang makan. Enam bersaudara, dengan rentang umur 5 saudara terasa, jeda 2 tahun. Plus si bungsu yang juga sudah SD, ruang makan sudah terasa penuh. Sesekali, nenek saya (dari garis ibu) juga nimbrung.

Ibu wajib membuat pelecing kangkung satu nampan atau baskom besar. Iyap, baskom besi yang loreng-loreng hijau. Atau baskom bercat merah dengan hiasan kembang. Sekali seminggu, ibu mau bersusah payah mengulek kacang tanah goreng. Pelecing kangkung diganti pecel kacang panjang, tauge dan taburan bawang merah yang banyak. Yang paling lezat dari menu sayuran pengganti pelecing kangkung, olah-olah. Santan pati kental dengan bumbu khas, menjadi saus sambal dari kangkung, kacang panjang dan tauge rebus.

Entah kenapa, menuliskan ulang ini, berbagai jenis lauk terasa tak penting. Lauk pauklah pelengkapnya. Yang utama, pelecing kangkung, pecel atau olah-olah ini. Selalu tandas tak bersisa.

Si bungsu, asisten belanja sayur saya di pekan lalu. Dokpri

Sekarang, memiliki keluarga sendiri, tiga menu sayur khas Sasak Lombok ini jarang sekali saya buatkan. Yang wajib, sambal tomat segar. Seringkali disebut juga sebagai beberok. Di bagian lain Lombok, disebut juga sambal pelecing. Sayur pelengkapnya, lebih sering terong bakar. Favorit saya pribadi. Hehehe

Entah sejak kapan, saya lebih suka memasakkan sayuran serba chinese food. Cha bayam dengan udang atau bakso, pun sesekali sosis siap masak. Berbagai sayur mayur di capcay kuah. Paling 'rendah kasta'nya, ya soup :D

Nah, untuk lidah default pedas, sambal kering dari berbagai bahan. Misal tempe, tahu, udang, ikan laut, daging ayam dan daging sapi (maksimal sekali sebulan). Bagaimana ya, saya itu golongan ibu-ibu yang cuma nikmat membaca resep. Bukan yang pintar mempraktekkan dan komit memadu-madankan di setiap menu harian. Memasak sendiri itu ibarat jadwal ngetrip. Syukur-syukur di setiap hari libur bekerja. Alhamdulillah, khusus di puasa, saya mewajibkan diri memasak sendiri menu berbuka dan sahur.

Sekarang, begibung sudah di generasi anak-anak. Alias cucu bapak dan ibu saya. Dokpri

Hanya sedikit, namun tetap mampu lahirkan momen-momen romantis di keluarga kecil saya. Benar tak bisa mengulang kemesraan yang sama seperti masa kecil saya dulu. Tentu tetap saya harapkan, menjadi momen hangat pun berkesan bagi anak-anak saya. Peroleh kesempatan makan bersama ayah dan ibunya, mulai dari doa sebelum makan, sampai semua saling tersenyum, kekenyangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline