Warna-warna wajah wajah
Pagi ini, aku terbangun dengan lebih dulu membuka mata
Memastikan hanya yang terindah yang dirasakan tubuhku sepanjang hari
Sayangnya, wajah-wajah di dinding kamar mandi
Sesibuk dua tanganku bersihkan kotoran di sekujur kulit ari
Penuh-penuh mereka betot pikirku, mengapa muka tertampakkan begitu begini
Kemudian aku mengguyuri warna-warna
Tentang oranye, lelap yang kupaksakan dan gagal
Putih pun coklat, hanya tentang batas dinding, pikirku berkelana tanpa sanggup berhenti
Ada warna yang kuhilangkan
Putih terang berbingkai hitam, sekian jam sekian menit sekian hari
Ia adalah tentang nyawa jiwa-jiwa yang kusayangi, tak perlu dipertanyakan, hanya selalu ingin memberi
Lalu kini satu warna memilih buramkan merah darahku
Entah ia seoranye yang kumau, entah ia seabu-abu yang kuharap
Aku masih ingin sibuk bertanya sendiri, biarkan tak ada jawaban
Jadi, kini biarkan aku kembali bersama ungu dan biruku
Warna-warna penenang hati
Wajah-wajah yang kuungukan dan kubirukan, demi kami tetap saling bisa tersenyum
Arin, oranye dan ungu kita semakin mengabur
Putih bersih yang kita tuju bersama
Maukah sama dan ingin kau juga jaga, seperti aku?
*Meninting, 8 Desember
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H