Lihat ke Halaman Asli

Muslifa Aseani

TERVERIFIKASI

Momblogger Lombok

Kisah Mantan di Pantai Kaliantan

Diperbarui: 19 Februari 2017   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri.

Kedip merah samar dan suara beep lemah memastikanku alihkan pandang dari kamera digital. Gadget yang akrabi setiap perburuanku pada kisah-kisah dan sketsa berbagai rupa.

Aku masih selalu merasa beruntung, rekam iring-iringan penabuh Gendang Beleq yang bersegera lakukan aksi 'tarung' dari gendang lanang (lelaki) dan wadon (perempuan). Persis di hitungan 60 menit, iring-iringan lengkap para penabuh, pertarungan tabuhan dan kembali berbaris rapi terekam utuh. 

Pagi di tepi pantai Kaliantan semakin menghangat. Gerutuan masyarakat yang masih berburu Nyale kuabaikan. Cacing warna-warni yang ditunggui sejak pagi buta dikeluhkan terlalu sedikit. 

Aku memilih sibuk cek koleksi foto yang berhasil kurekam. Sedikit lagi memori dan baterai tersisa untuk karnaval beberapa jam ke depan. Saatnya hidupkan gadget lain, kamera andro dengan memori yang sudah kukosongkan demi tiga hari apdet koleksi foto dan kisah di festival Bau Nyale Lombok.

Menepi dan hidupkan HP, berondongan list miskol dan belasan SMS segera muncul. Ah, aku tak suka terganggu. Aku masih harus menjaga fokus. Tak ada janji dengan siapa pun. Berburu dua jam lagi dan aku akan langsung pulang. Anak-anak masih sedang sibuk kumpulkan Nyale, ransel berisi tenda dan barang-barang lain sudah aman di punggungku. Semoga bukan kbara buruk dan hanya miskol serta SMS kawan-kawan blogger lain yang juga sedang sibuk berburu foto di lokasi ini.

Akhirnya, rombongan karnaval terakhir lenyap juga dari sasaran bidikku. Saatnya bersegera ke satu tenda panitia, spot bertemu bersama anak-anak untuk kemudian berbarengan pulang.

"Ish, bunda lama pun. Makin gerah maksimal ini!" Si sulung bersungut. Si bungsu sibuk jilati es krimnya. 

"Maaf, tapi bunda sudah tepati janji kan? Persis selesai karnaval, kita akan langsung pulang.

"Ada yang miskol nomorku belasan kali nih bun. Setiap aku telpon balik, dimatikan. Sekali kuterima, suaranya tenggelam. Sepanas ini, ramainya ampun-ampunan.."

"Bukan dari mbah di rumah?"

"Bukan. Private number. Untung HP aku gak kecemplung di laut, bolak balik ngecek gegara di miskol terus.."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline