Jika tulisan pertama menunjukkan keseruan proses edit menggunakan PS (PhotoScape) secara umum, kali ini saya mencoba ulas langkah per langkah, terutama fitur-fitur edit yang saya akrabi.
Kontrak sebagai salah seorang contributor travel blogger khusus wilayah Pulau Lombok dan sekitarnya, batasan ukuran foto penunjang di masing-masing ulasan travelling ditentukan spesifik. Hal ini menjamin rapinya tulisan kita sendiri, juga tetap sama rapi saat diakses atau dibaca melalui gadget di mana batasan ukuran monitor masing-masingnya berbeda.
Sebagai contoh, batasan feature image atau foto header di web travel blogger yang harus saya tunaikan kewajiban tulis 4 judul per bulan adalah 1160 X 350 pixel. Berbeda untuk foto cover tulisan di web jurnalis warga yang tahun ini mengusung ‘pakem’ beyond blogging, yaitu 900 X 500 pixel. Berbeda pula untuk header blog personal saya yang ngekor batasan maksimal lebar body blog, yaitu 900 X 600 pixel. Tiga ukuran berbeda ini diterapkan bagi standar foto ‘landscape’ atau istilah dummy a la saya, foto rebah. Bukan portrait atau ‘berdiri’.
Di sisi lain, foto-foto penunjang di bodi tulisan rata-rata maksimal ukuran terlebar 700 pixel. Saya lebih sering menulis di tiga platform, yaitu kanal K sendiri di sini, travel blog (dashboard wordpress) dan blogspot. Kanal K dan wordpress keroyokan biasanya sudah diset default sesuai batasan rata-rata di atas, sementara di blogspot, meski menyimpan seua foto penunjang satu tulisan di ukuran sama (misal 700 X 500 pixel), ukuran masih bisa dirubah-rubah ke dalam kecil-menengah dan besar. Satu saat, saya coba merubah ke ukuran besar, ternyata tampilan tulisan di gadget monitor 4 inci malah jadi berantakan. Masing-masing foto menjadi jauh lebih besar dari batasan terlebar paragraph tulisan.
Baiklah, mari langsung saja ke langkah-langkah proses edit foto menggunakan PS;
Pertama, proses resize atau penyesuaian ukuran.
Saya lakukan proses ini di langkah paling awal agar efek edit di langkah selanjutnya lebih cepat. Dua gadget bekal hunting foto saya distel di hasil akhir foto berukuran cukup besar. Si kamera tahan air dan guncangan berukuran rata-rata 4k x 3k pixel, sementara si gadget Cross A10 berukuran terpanjang 1024 pixel. Kombinasi proses biasanya dengan fitur crop (memotong). Bisa memotong dulu bagian foto yang ingin ditonjolkan, baru kemudian resize.
Kedua, backlight atau penyesuaian warna latar.
Bagi saya yang masih tukang foto hore-hore, fitur satu ini sangat menolong. Kesalahan setting fitur pengmabil foto di kamera dan gadget kadang menghasilkan foto yang gelap gulita. Nah, inilah sebagian besar fungsi fitur ini. Menerangkan yang gelap, menyesuaikan warna yang terlalu terang atau mempertajam objek foto jika menggunakan flash di kamera.
Ketiga, sharpen dan deepen untuk mempertajam.
Setelah backlight, dua fitur tambahan ini sekadar penyempurna. Saya sih keseringan menggunakan dua fitur ini demi menghibur diri. Memiliki koleksi foto yang hampir (hampir lho ini) sekelas foto-foto yang mejeng di majalah bercover bingkai kuning. Hahhhayy..