Saya beruntung, sepanjang minggu ini berkesempatan menghadiri banyak acara-acara positif. Jika wiken lalu saya harus berkendara total 3 jam Selong Lombok Timur (Lotim) ke ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat – Mataram, pagi tadi hanya habiskan tak sampai setengah jam ke kecamatan Labuhan Haji Lotim. Kamis 15 September, bertempat di Kantor Camat.
Temu komunitas di acara bertajuk panjang ‘Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Penguatan Jaringan dan Kemitraan Komunitas Masyarakat untuk Menyelamatkan SDA di Kawasan Pesisir NTB’. Total dihadiri perwakilan dari 15 komunitas, satu ruangan luas di Kantor Camat Labuhan Haji terasa penuh. Komunitas-komunitas yang hadir, beberapa bank sampah, komunitas-komunitas mangrove, kelompok-kelompok sosial masyarakat (saya bersebelahan duduk dengan Pak Samsul dari KSM di Labuhan Haji, pun seorang Pembina pramuka. Beliau menyayangkan tak nampaknya para Saka Wanabakti Pramuka Cinta Hutan, mengingat sebagian besar materi bersinggungan dengan hal ini) serta beberapa pribadi yang memiliki kepedulian tinggi terhadap isu lingkungan hidup.
Pengantar pembuka acara dari Aisyah Odist, founder Yayasan Lombok Eco International Connection (LEIC) juga perwakilan birokrasi kecamatan Labuhan Haji (sekretaris camat) serta Ibu Wati dari Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Jakarta. Dua pemateri utama, Ibu Hanni Adiati – Staf Khusus Kementerian Bidang Koordinasi Jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat dan Analisis Dampak Lingkungan (SKM LHK) dan Ibu Endah, Kasi Kemitraan Lingkungan dari UPT wilayah Jawa-Bali dan Nusa Tenggara yang berkantor di Bali.
Kecamatan Labuhan Haji sendiri merupakan satu kecamatan yang identik dengan satu spot ikon Lotim, yaitu dermaga Labuhan Haji. Terpisah, banyak sekali tulisan saya yang berkaitan dengan spot ini. Baik itu essai foto, ulasan trip memancing atau sekedar berbagi kenangan masa kecil saya. Iyap, pantai Labuhan Haji bisa yang kini semakin megah dengan keberadaan dermaga serta sarana prasarana destinasi wisata pantai umumnya, bisa tertempuh sekitar 2 jam berjalan kaki dari rumah saya. Berjarak sekira 7 km.
GARIS BESAR MATERI
Ibu Hanni Adiati menggaris-bawahi permasalahan Hutan Mangrove di Indonesia umumnya, serta di Lotim yang didialogkan khusus serta lebih mendalam selepas penyampaian materi. Slide dan materi hardcopy memberikan gambaran umum, betapa pentingnya ekosistem mangrove bagi kemaslahatan masyarakat kawasan pesisir. Utamanya masyarakat Labuhan Haji.
Di uraian materi utama berikutnya, Ibu Endah memfokuskan detail tanggung-jawab serta program-program kerja BP PSKL yang dinaunginya, khusus di bagian kemitraan dan jejaring antar komunitas.
Total wilayah pertanggung-jawaban serta program kerja BP PSKL meliputi tak kurang dari 160 kota se Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Terhitung ‘badan’ baru dip roses merger Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dibentuk tahun lalu serta unit-unit pelaksana teknis di Maret 2016, BP PSKL masih memiliki banyak target-target capaian program. Acara sepagian tadi satu dari rangkaian sosialisasi, terutama yang fokus pada perluasan jejaring dan hubungan komunitas yang nantinya akan menjadi mitra kerja.
DIALOG ANTAR JEJARING DAN KOMUNITAS
Bagi saya pribadi, kesempatan hadir di acara ini menambah banyak hal positif. Selain tentunya brain storming tentang informasi kekinian terkait lingkungan hidup dengan isu mangrove yang lebih spesifik, pun membuka jalan bagi jejaring dan lintas komunitas yang lebih luas bagi saya.
Berkesempatan bertanya dan sharing di sesi dialog kedua, aktifitas menulis saya sebagai blogger dus marketing online bagi Bank Sampah dan Rumah Kreatif Linsi, dua point besar yang sampaikan;