Lihat ke Halaman Asli

Muslifa Aseani

TERVERIFIKASI

Momblogger Lombok

[Bulan Kemanusiaan RTC] Pelangi Tak Memilih Warnanya

Diperbarui: 27 Juli 2016   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Skrinsot logo RTC.

Kusandarkan carut marut pikir di rupa-rupa warna pelangi
Padanya kutitip setiap kusut pikir

Dengan putih --sumber warna pelangi, kuyakini Tuhan hadir di setiap kesusahan hidupku
Melalui biru, rancak bahagiaku kuharap memercik
Penuhi langit dan angkasa, pun segenap batas pandang

Pelangi kini sepenuh ruang hati dan otakku
Berpendar di sela pilar-pilar selasar Karyadi

Ketika merah, terasa basah di setiap poriku
Pisau bedah akan sentuh kulit bayiku
Vonis ektremitas tungkai, lingkar kaki kanannya dua kali lebih besar tungkai kiri

Pada nila, mengerucut setiap nadiku
Bayiku merangkak, berbicara, kemudian berjalan seperti bayi lainnya
Sungguhkah pisau bedah harus koyak kulit halusnya?

Pelangi membungkus tubuhku
Ketika sekali waktu saat kembali jejaki selasar Karyadi
Bayi lain dengan hidrocefalus dipeluk mesra neneknya, dibalut selimut pink dan pakaian bayi wangi di warna senada

Terima kasih wahai kuning
Di selasar saksi beribu jenis penyakit ini, keceriaanmu tak pernah jenak
Kami para ibu berpacu berikan cinta, tak pernah mengalah pada keluh atas rupa-rupa sakit

Jingga, hijau, biru dan ungu, wahai pelangi cantik
Rupa-rupa rasaku mengetuk pintu poli anak, poli ortopedia dan poli bedah. Berganti-ganti. Berulang-ulang.
Kembali ia putih, ketika vonis final bagi bayiku berujung "Bayi bapak dan ibu sehat. Tak perlu operasi. Tungkainya yang berbeda, anggap saja hadiah Tuhan"

*Selong 27 Juli

Olah diksi ini meramaikan Event Bulan Kemanusiaan RTC di Kompasiana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline