"Sabar ya, inshaAllah ikhtiar kita telah berbayar berkali lipat dari kebahagiaan para ibu-ibu penganyam sampah plastik di desa Sekomak Lombok Timur. Kita hanya pengantar rezeki mereka."
Demikian kak Husni Hari berucap saat akhirnya kami yang basah kuyup kehujanan masuk di salah satu SPBU di sepanjang perjalanan kembali dari Ampenan ke Paok Motong, Lombok Timur. Berdua berboncengan sepeda motor, penuhi janji bertemu mbak Aisyah Odist, pegiat sampah juga pimpinan utama Bank Sampah NTB Mandiri (BS-NTBM).
Membayar janji bertemu dengan mbak Aisyah yang baru saja kembali dari pameran produk di Darwin Australia, kami dari Rumah Kreatif LINSI sekaligus setorkan hasil anyaman anggota kami ke BS-NTBM. Per seratus bungkus plastik bekas yang dianyam menjadi 50 sudut, sebagian besar nantinya akan jadi bahan utama olah kreasi berikutnya. Berubah menjadi tas-tas cantik bernilai jual lebih tinggi daripada hanya terbuang dan memenuhi tempat sampah.
"Permisi, kalau sudah diskusi tentang sampah begini, saya memang selalu jadi cerewet. Mbak Nanik ndak masalah kan ya?" Sesekali, diskusi ramai saya dan mbak Aisyah disela kalimat ini. Senin pagi, dua hari lalu, kantor utama BS-NTBM memang sibuk menerima setoran limbah plastik yang sudah digunting atau hasil anyaman dari mitra bank sampah lainnya.
Sesekali pula, salah seorang karyawan mbak Aisyah memotret anggota yang datang. Pagi itu, seorang anggota yang sanggupi waktu luangnya hanya dengan membantu memotong limbah plastik berbagai kemasan minuman atau makanan instan beroleh pembayaran sebesar Rp 70.000. Di belakang mereka, saya pun meminta ijin memotret, bekal saya kembangkan Rumah Kreatif LINSI agar sama aktifnya dengan BS-NTBM.
Hampir dua jam kami bertiga diskusi, karena sebelumnya telah tuangkan satu mimpi besar saya bersama LINSI di sini, jujur saya kemukakan pada mbak Aisyah betapa saya belum temukan satu benang merah baru. Minimal nyawa dari mimpi baru yang bisa saya raih dengan bantuan arahan dari mbak Aisyah yang telah membawa produk-produknya pameran ke lintas negara, fokus luangkan waktu ajari beberapa binaan di kabupaten lainnya di Lombok pun berhasil ciptakan kesibukan rutin di kantornya meski harus ditinggal sekian lama saat pameran ke luar negeri.
Persis ketika bersiap di atas sadel motor demi sudah pamit, satu kalimat yang berulang tercetus terus selama diskusi menyambar otak saya. Ini mimpi selanjutnya yang harus diraih bersama, Bank Sampah Online!
Direspon senyum lebar nan hangat, mbak Aisyah berikan persetujuannya. Dus sejatinya ia pula yang cetuskan ide ini ketika saya sebutkan telah beberapa kali tuliskan tentang LINSI di Kompasiana. Lantas, langkah-langkah apa yang saya lakukan demi terlaksananya mimpi baru ini?
Pertama, konsisten sinergikan gerak serta kreatifitas bersama-sama dengan BS-NTBM. Saya cukup ngelotok di dunia sosmed (baca: online), di mana karena kesibukan offlinenya yang padat, mbak Aisyah sendiri lebih fokus jaga ritme rutinitas yang sudah dijalaninya selama ini. Lantas, kombinasi dua bekal serta pola kerja ini berujung [ada bentuk kegiatan seperti apa? Mengingat saya pribadi ada bekal pengetahuan Bahasa Inggris, pun berbekal ijin dari kak Husni Hari owner LINSI, kami siapkan program Kelas Bahasa Inggris offline dan online. Kelas offline difokuskan pada anggota-anggota LINSI yang sebagian besar ibu-ibu rumah tangga di desa Sekomak Lombok Timur. Pembekalan dasar agar jika akhirnya ruko display LINSI semakin ramai dikunjungi turis manca, siapa pun yang mungkin sedang berada di sana bisa ngobrol bersama. Kelas online sasarannya para pelajar atau peminat di mana peserta mendaftar dengan dapatkan satu produk LINSI. Usaha menjaga alur produksi terjaga karena hasil akhir produk tersalurkan ke berbagai program, tak hanya sebatas aktifitas penjualan biasa.
Kedua, membuka diri dengan perluas batasan kreasi. Seperti apa? Mbak Aisyah telah bergelut di BS-NTBM selama lima tahun terakhir. Backgroundnya yang goweser (sssstt, pernah menangi Event Challenge di Bukit Cacing lo. Satu spot goweser ekstrem di Lombok), pengusaha, pengajar anak-anak jalanan tak disangkanya menyublim ketika akhirnya tergabung di eksekutif BS-NTBM. Konsisten ajarkan kompleksitas sistem olah sampah pun kreasikannya jadi produk-produk pada anak-anak. Kombinasi pengalaman plus aktifitas keseharian selama di BS-NTBM begitu menginspirasinya sampai pun demi lebih tertariknya anak-anak pada materi yang diajarkannya, ia ciptakan satu lagu. Pengantar di setiap sesi mengajarnya.