[caption caption="DokPri: Sunset di ujung musim kering, tanjakan Mbahu Rihu Dompu NTB. Dok.pri"][/caption]"Jan, enaknya dibuat oval, bulat atau kotak ya?"
"Tahun lalu kita sudah buat yang kotak. Tahun ini oval saja bagaimana? Eh, itu kata 'safe'nya salah kali Mblung. 'Save'."
"Crewet!"
"Ya maaf si, secara bisa bahasa inggris..."
"Crewet!" Mbilung kerucutkan mulut namun tetap nanar pandangi gambar di monitor 14".
"Langsung kita print dan cetak ya. Siang ini juga undangan seminar sudah harus diedarin. Aku ke kampus-kampus bagian barat kota, kamu yang timur. Itu anak-anak baru diculik saja dari kelasnya."
Tiga pekan lagi seminar lingkungan hidup dari komunitas pecinta alam kami. Nyatanya, berbarengan dengan pekan mid tes, cuma aku dan Mbilung yang sibuk sendiri. Stiker kegiatan, surat-surat undangan, dibuat, cetak, edarkan berdua. Aku dengan tunggangan scoopy merah darah. Mbilung dengan honda 70 bercat sama.
***
"Anjani! Jan!"
Setengah berlari aku menghampiri Mbilung. Panggilan yang sangat tidak sopan. Meski selalu kenakan flanel, padu padan dengan tanktop dan warna jeans pensil senada tetap utuhkanku menjadi salah satu perempuan cantik di kampus biru ini.
"Teriak-teriak begitu jangan panggil Jan dong! Ngrusak pencitraan tau!"