Lihat ke Halaman Asli

Muslifa Aseani

TERVERIFIKASI

Momblogger Lombok

[HUT RTC] Senandung Lelap

Diperbarui: 4 Maret 2016   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Buah Cinta Pengantar Lelap"][/caption]Minggu Pertama: Terinspirasi Puisi

Aku benci menua. Terutama karena masih juga tak bisa temukan cara terbaik redakan bising di otakku, saat kata-kata berebutan ingin segera tertata. 

Rasa-rasanya waktu tak memihakku. 

Masa mudaku, yang abaikan terang dan gelap. Lepaskan bebas kapan pun kata-kata meminta keberpihakan.

Ia tertata di alun riak air. Di embung berhektar sawah, tempatku membasuh diri berkemben jarik, canggung terintimidasi intipan jejaka yang bahkan bayangnya tak nampak, karena embung tak bersekat kecuali oleh sisa akar pepadian selepas panen dari belasan hektar tanah sawah milik kakek. Embung yang bahkan tak cukup dalam dan lebar untuk tubuh perawanku. Belasan tahun lalu.

Ia terjalin menjadi sedikit baris puisi, terasa begitu pas rupakan riuh manusia dan semesta, di satu pagi tanpa segelas kopi hitam. Pada kertas kecil bersteples dan sekarang lenyap, kecuali kenangan tentang sedikit barisnya, begitu pas rupakan riuh manusia dan semesta.

Ia terjalin, pada tetes airmata yang lembapkan sekaan setiap kain, yang gagal mengeringkannya segera. Pada setiap sakit saat mengandung dan mengasuh para buah cinta. Pada setiap sakit gagal rangkaikan kata-kata berebutan ingin segera tertata.

Aku benci menua. Pada lelap yang harus memihak gelap. Pada kata-kata berebutan ingin segera tertata, hanya bisa saat terang. Pada kata-kata yang tak lagi bisa lepas bebas, ketika meminta keberpihakan.

 

*Selong 4 Maret

Terinspirasi PUISI MARDI LUHUNG - PENYAIR TIDUR

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline