[caption caption="Dua Anak saya di satu ruas jalan kompleks Pelabuhan Labuhan Haji Lombok Timur | DokPri."][/caption]Sepanjang dua minggu terakhir, keluarga terdekat saya bergiliran menikmati demam dengan batuk pilek sebagai penyertanya. Virus yang akhirnya juga nemplok di dua anak saya, si sulung sebelas tahun dan si kecil yang lima tahun. Si sulung demamnya malah baru benar-benar hilang di hari Jumat kemarin, selepas on off dengan sedikit sumeng serta sembelit di akhir minggu lalu, kemudian drop lemas plus demam sepanjang minggu ini. Saya periksakan ke puskesmas kota Selong di Selasa 16 Februari lalu, putri saya didiagnosa kelelahan. Selang dua hari sepulang dari puskesmas, adiknya tepo seliro dengan mulai demam di malam Kamis.
Optimis menerapkan home healing pada dua anak saya, terhitung saya dan suami hanya bergadang dari malam Kamis itu saja. Mengontrol demam si kecil agar tak sampai kejang demam. Batuk dan pilek mulai muncul di Kamis pagi dan saat ini tinggal si kecil yang masih berjuang menahan untuk tak lagi batuk.
'Aku maunya ndak batuk bunda, tapi susah nih nahannya..'
'Hiks, sabar ya nak. Semoga segera sembuh yaaa..'
Apa itu Kejang Demam?
Merujuk pada artikel salah satu milis parenting (Milis Sehat) yang sarat dengan pengetahuan serta berbagi pengalaman para orang tua yang tergabung didalamnya, kejang demam anak yaitu : 'kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat'.
Kejadian yang umum menimpa sampai 2,5% populasi anak rentang usia dari enam bulan sampai lima tahun. Kejang demam pertama kali jarang menimpa bayi berusia kurang dari enam bulan atau anak yang umurnya sudah lebih dari tiga tahun. Tentu tak menutup kemungkinan resiko demam bisa juga terjadi di luar rentang usia tersebut.
Saya dan suami masih selalu bersikap waspada, karena beberapa tahun lalu putri sulung saya sempat mengalami Complex Febrile Seizure atau kejang demam kompleks. Kejang pertamanya terjadi sekitar pukul 9 malam, yang kemudian berulang pada pukul 2 pagi atau berselang sekitar 5 jam dari kejang pertama. Waktu itu meski sudah aktif di milis Sehat, saya gagal tenang di serangan kejang demam kedua dan putri saya akhirnya dirawat di salah satu rumah sakit di Banyumanik Semarang.
Pada si kecil, sekian kali terserang demam, langkah preventif yang sering saya kedepankan adalah pemberian parasetamol generik. Di umur kurang dari dua tahun, beberapa resiko yang sering menyertai demam pada anak diantaranya Campak, Rubeola serta batuk pilek. Empat jenis yang penyebabnya virus dimana satu-satunya yang membantu tubuh memerangi virus ini adalah imunitas tubuh. Tak melulu obat, apalagi antibiotik.
Alhamdulillah, dua anak saya mulai terbiasa dengan beberapa 'doktrinasi' umum sesuai pengetahuan yang saya dan suami peroleh selama masih aktif di Milis Sehat.
Pertama, setiap penyakit yang disebabkan virus, hanya bisa sembuh dengan ketahanan optimal tubuhnya sendiri. Pemberian obat hanya untuk meringankan selama tubuh berperang melawan virus.