Suatu ketika kami dapat tugas kuliah dari seorang dosen di Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKj). Referensinya agak susah dicari. Satu-dua kawan mengatakan: "Coba cari buku di Kios Cak Tarno di Stasiun UI." Itu pertama kali saya dengar nama Cak Tarno.
Saya bersama beberapa kawan kuliah meluncur ke sana. Memakir kendaraan di stasiun, lalu menyeberang stasiun dan rel untuk menuju ke kios buku itu. Kios buku itu kecil, sebagaimana kios-kios lain di sana. Ada banyak kios yang menjual buku, umumnya buku-buku kuliah
Kios-kios itu tidak hanya menjual buku, tapi aneka rupa. Ada pakaian, tas, pernak-pernik hingga makanan dan minuman. Maklum, ini kawasan padat mahasuswa. Selain di samping kampus, di pemukiman itu banyak kos-kosan mahasiswa.
Sebagian besar kios buku di sana menjual buku-buku kuliah, pelajaran dan umum. Sebagian orang sudah mafhum bahwa lokasi di sebuah gang yang menghubungkan dengan Jalan Margonda Raya itu salah satu tenpat cari buku dengan harga miring. Mirip di Senen atau belakangan di Blok M Square.
Hanya Kios Buku Cak Tarno yang berbeda. Ia tidak menjual buku kuliah dan pelajaran umum seperti ekonomi, #manajemen, Imatematika, statistik, dan semacamnya. Ia hanya menjual buku-buku #humaniora: ilmu sosial, #filsafat, hingga #sastra
Cak Tarno sosok yang ramah. Ketika kami datang ada beberapa mahasiswa senior (mungkin mahasiswa master atau program doktoral) sedang duduk dan mengobrol lesehan di kiosnya. Kelihatannya mereka akrab dengan tempat itu.
Ketika kami bertanya buku-buku yang kami cari, ia pun dengan cepat mencari. Ia memperlihatkan beberapa buku, sambil menjelaskan isinya. Dan ini yang luar biasa! Penjual buku paham betul isi buku itu. Kala itu saya membeli dua atau tiga buku culture studies dan semiotika.
Pulang dari sana, saya mencoba mengecek di google tentang kios buku itu. Saya menemukan tulisan tentang sosok bernama asli Sutarno ini mengisi satu halaman Kompas. Dari sanalah saya tahu bahwa Cak Tarno bukan pedagang buku biasa
Sambil berdagang buku, ia membaca dan membaca sehingga ia paham betul buku yang dijualnya. Bacaan itu juga mengantarnya berkenalan dengan aneka pemikiran ilmuan dan pemikir dunia. Ia juga berdiskusi dengan mahasiswa hingga profesor yang mampir ke kiosnya -- tentu saja soal ilmu sosial.
Ia bahkan kemudian mendirikan CTI (Cak Tarho Institute) sebagai ruang dialog dan dikusi ilmu pengetahuan hingga karya sastra. Diskusi itu menghadirkan akademisi dan praktisi yang ahli dalam bidangnya. CTI dan kios buku itu pun menjadi titik ketemu banyak mahasiswa dan ilmuan sosial, tak hanya dari UI tapi juga dari kampus-kampus lain, termasuk dari luar Jakarta.
Beberapa tahun terakhir, Kios Buku Cak Tarno pindah ke Gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI. Lokasinya persis di Taman FIB yang bersebelahan dengan kantin. Jadi kalau menghadiri diskusi di sana bisa pesan kopi dan makan dari kantin dan duduk di meja-meja berpayung di taman itu. Jika tidak sempat hadir bisa mengikuti diskusi secara live di Facebooknya atau Youtube.