Lihat ke Halaman Asli

Hati Milik Siapa?

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

Oleh: Aisyah Asafid Abd

Perselisihan dalam kehidupan sudahlah biasa, dalam suatu pernikahan, persahabatan, bertetangga, dan segala kemasalahatan.

Adakalanya kita kerap bersenggolan hati yang pada akhirnya melukai hati. Biasanya yang kerja rodi adalah lidah tapi yang merasakan sakit kok hati ya. Aneh tapi nyata bukan? Pertanyaanya, dapatkah kita merasa sakit jika hati tak mengizinkannya?

Apa yang kita katakan tidaklah selalu baik dan diterima baik oleh hati orang lain. Terkadang niat baik tapi diartikan hati org lain berbalik.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata : “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Kamu sekalian, satu sama lain Janganlah saling mendengki, saling menipu, saling membenci, saling menjauhi dan janganlah membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, mendustainya dan menghinakannya. Taqwa itu ada di sini (seraya menunjuk dada beliau tiga kali). Seseorang telah dikatakan berbuat jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim haram darahnya bagi muslim yang lain, demikian juga harta dan kehormatannya”.

[Muslim no. 2564]

Dari hadist diatas kita belajar dan tahu bahwa apa yang telah terjadi semua berpegang pada hati. Bisa dikatakan bersumber pada hati.
Bahkan saya pernah membaca bahwa kekuatan hati 1000 lebih besar dari kekuatan pikiran.

Bisa juga sikap atau tindakan seseorang kita artikan sebuah arogansi tidak sopan sehingga menyinggung perasaan. Semisal minggu lalu, saya berkomentar tentang PM (Profil Message). Saya berkomentar tentang PM teman saya yg sedang sakit.

Maksud hati menyampaikan jgn mengubar sakitnya karna di satu sisi itu merupakan kufur nikmat. Tapi dia tidak menerima ketika saya berkomentar. Ternyata dari sini menyimpulkan bahwa maksud hati yg baik tdk selalu sampai pada hati orang lain.

Karena pemberi hidayah hanya Allah. Bahkan hati pun milik-Nya. Lalu bagaimana ia merasa tersinggung? Bukankah Allah membolak balikan hati (mengubah-ubah perasaan). Lalu bagaimana dengan sikap saya, sebenarnya saya agak kesal karna ia tdk menerima (manusiawi kan :P) tapi alhamdulilah Allah anugerahkan Rahmat-Nya saya begitu sadar ada yang salah dalam diri saya. Saya langsung meminta maaf. Tapi tdk dibls frown emoticon

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline