Lihat ke Halaman Asli

Emakku, Inspirasiku

Diperbarui: 6 Juli 2024   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pri 

Tak terasa 20 tahun sudah berlalu dari kematian almarhumah emmak. Hari ini, Sabtu 30 dzul Hijjah atau malam 1 syuro (Muharram 1446) adalah malam yang begitu penuh cerita duka.

Saat itu, jamaah maghrib belum usai. Emmakku menghadapi sakaratul maut. Persis seperti malam ini. Sabtu malam Ahad 1 syuro.

Perempuan yang pernah melahirkan aku, pergi untuk selamanya dalam usia 72 tahun. Selisih 20 tahun dari kematian ayah. 

Dia bukan siapa-siapa bagi sejumlah saudaranya. Dia hanya perempuan miskin, istri dari lelaki yang tak mampu memberinya banyak harta. 

Sepanjang hidupnya, dia perempuan pekerja keras, berpikir cerdas dan mandiri. 

Prinsip hidupnya tak ingin menjadi benalu bagi laki-laki walau ia suaminya. 

Sikap ini menjadi bahan ajar utama bagi kedua putra putri nya. Dia hanya ingin berkata; bahwa kemesraan dalam bersaudara, hanya bisa di dapat saat masih kecil. Setelah dewasa, hidup sendiri - sendiri.

Walau air mata nya banyak terkuras dan selalu menahan lapar, tetapi tak ada keinginan untuk menadahkan tangan kepada ke 6 saudara yang dia punya. 

Dia punya harga diri yang harus dijunjung tinggi. Dia punya kehormatan yang selalu dipertahankan. Dia pun selalu ingin mewujudkan cita-cita putrinya untuk menjadi seorang sarjana.

Malam itu, 20 tahun yang lalu. Dia pergi tanpa permisi. Hanya ada senyum bahagia, senyum keikhlasan, senyum penuh harapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline