Lihat ke Halaman Asli

Monica Niken Wulandari

PNS Polri, Musisi, Pengajar, Suka Traveling, Ibu dari Do dan Re, Suka sesuatu yang baru

Mahasiswa, Kritik atau Berpolitik?

Diperbarui: 3 Juli 2021   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tri Dharma Perguruan Tinggi. (Dokpri) 

Beberapa waktu yang lalu, kasus kritik terhadap Presiden RI menjadi headline berita nasional. Bagi saya, ini menarik untuk dikritisi. Generasi milenial sekarang mudah menyampaikan aspirasi tanpa saringan karena kemajuan teknologi. Akses yang mudah ke sosial media, membuat kebebasan yang terkadang "kebablasan". 

Esensi seorang mahasiswa adalah seorang pelajar yang menempuh pendidikan tinggi. Bukan siswa lagi, tapi Maha. Sikap seorang mahasiswa dituntut untuk lebih beretika, bermoral, berbudaya yang baik, terutama dalam hal sopan santun. menyampaikan pendapatpun ada etikanya, ada peraturannya, apalagi menyangkut Kepala Negara. Mahasiswa harus selalu diingatkan tentang tri dharma perguruan tinggi yaitu: Pendidikan dan pengajaran, Penelitian dan pengembangan, Pengabdian Masyarakat. Mungkin cara pengabdian masyarakatnya dengan mengkritik untuk kemajuan negara. Itu tetap bisa dilakukan, tentunya dengan etika dan sopan santun. Karena salah-salah, mahasiswa bisa berurusan dengan hukum dan tidak tercapai tujuan utamanya belajar di perguruan tinggi. 

     Manusia diciptakan berbeda-beda, dari bentuk tubuh, rupa, tinggi badan, jenis kelamin, terutama isi otaknya. Tingkat kecerdasan manusia juga berbeda-beda. Kecerdasan yang menurut Howard Gardner ada beberapa macam diantaranya kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan sebagainya, salah satunya kecerdasan Interpersonal.  Kecerdasan interpersonal atau keterampilan sosial juga diperlukan. Kecakapan ini merupakan kemampuan untuk bermasyarakat serta memahami dan berinteraksi dengan orang lain. Mereka yang mempunyai kecerdasan ini mampu bekerja, berinteraksi, dan berhubungan dengan orang lain, suka bekerja sebagai tim, memiliki banyak teman, menunjukkan empati kepada orang lain, sensitif terhadap perasaan dan ide-ide orang lain, memediasi konflik, dan mengemukakan kompromi.

     Mahasiswa sebagai manusia yang berpendidikan, sebaiknya memahami cara-cara mengkritik pemerintah sebagai politik pengabdian masyarakat dan bukan politik praktis. 20 tahun lalu ketika masih menjadi mahasiswa S1, saya pernah diajak demo kepada rektor tentang penolakan pembangunan tempat ibadah, dengan tegas kami mahasiswa musik menolak, bagi kami lebih  demo gitar atau demo masak daripada mengurusi iman orang lain. Tidak lama lagi, saya diajak sebuah LSM untuk demo dengan damai, berangkatlah saya, karena demonya damai dan kami perwakilan boleh memasuki ruang salah satu pejabat di Jawa Tengah pada waktu itu. Kami diterima dengan baik dan dapat menyampaikan aspirasi penolakan tentang pembangunan suatu proyek yang dapat merugikan daerah kami. 

     Sebagai Mahasiswa kita sudah mendapat pelajaran Bahasa Indonesia. Tentang kalimat yang baik, kalimat positif dan negatif. Bahkan dari Sekolah Dasar kita sudah dibekali moral, sopan santun dan etika sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya ketimuran. Berpolitik sebagai wujud pengabdian masyarakat, boleh saja. Akan tetapi apakah masyarakat akan senang apabila mahasiswa menyampaikan pendapat dengan kurang beretika? Mahasiswa sebagai contoh generasi muda seharusnya dapat berpikir dengan jernih. Jangan sampai karena berpolitik, tugas kuliah jadi terabaikan, kelulusan dengan nilai baik bukan menjadi tujuan utama lagi.  Orang tua akan semakin mengeluarkan biaya lebih, dan masyarakat yang menantikan pengabdian para sarjana secara nyata jadi harus menunggu lama. 

     Tetapkan tujuan kita sebagai mahasiswa. Prioritaskan tujuan utama kita belajar. Mengabdi pada masyarakat tidak harus mengkritik secara tajam. Kalaupun mengkritik, pastikan data dan bukti anda valid, atau kritik anda akan berakhir di penjara. Ayo mahasiswa, semangat belajar. Kalaupun anda ingin pemerintah bekerja sesuai keinginan anda yang menurut anda lebih baik, sampaikan dengan jalur yang benar, sopan dan bermartabat. Kalaupun itu tidak cukup, segeralah lulus dan mencalonkan diri menjadi anggota DPR, himpun kekuatan yang mendukung anda, dan benahilah Negara ini menjadi lebih baik. Jangan lupa, pastikan semester ini nilai anda sudah keluar semua. Segera hubungi dosen dan minta ampun apabila ada nilai K. Jadi langganan remidi itu gak enak lho. Semangat Mahasiswa Indonesia. Saya juga masih mahasiswa ternyata. Waktunya mengerjakan tugas. Selamat malam jiwa-jiwa yang masih berpetualang. 

     

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline