Lihat ke Halaman Asli

Legasi Dota Tak Pernah Sirna

Diperbarui: 17 November 2021   02:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana turnamen DotA saat warnet masih berjaya. Sumber: dokumentasi pribadi IESPA

Bicara soal Dota, pikiran saya sontak mendobrak ingatan masa kecil saya yang penuh dengan memori warnet berbilik  "Billing Explorer" bergambar lumba-lumba dengan latar warna biru muda. Warnet-warnet dahulu seringkali sunyi berisikan remaja "ABG" era awal internet, atau justru bocah-bocah penggila game online bereuforia memainkan permainan kesukaannya. 

Nama-nama game online seperti Point Blank, Lost Saga, hingga Ayodance menjadi permainan jawara warnet-warnet kecil di era 2006-2010. Namun di tengah semua game yang suaranya menggelegar meriuhkan seisi warnet, nampak satu game yang eksistensinya tak lekang oleh waktu. Ya, itulah Defence of the Ancient atau Dota yang kini umurnya sudah menginjak hampir 19 tahun.

Game bergenre Multiplayer Online Battle Arena atau MOBA tersebut merupakan salah satu videogame terpopuler saat ini. Per  November 2021, Dota 2 menjajaki peringkat kedua steamcharts.com dengan catatan sebanyak 410 ribu hingga 750 ribu pemain aktif dalam game. Game yang di-remake Valve pada 2011 lalu juga selalu menggelar turnamen dengan hadiah terbesar setiap tahunnya. The International, begitu Valve menjulukinya sebagai helatan turnamen esports paling bergengsi dengan  hadiah ratusan miliar rupiah. Dota 2 juga kini menjadi pemegang gelar videogame dengan hadiah terbanyak sepanjang sejarah dilansir dari esportsearnings.com

Jumlah pemain Dota 2 per November 2021. Sumber: steamcharts.com

 Di umur yang hampir menginjak dua dekade, Dota  sempat dinilai "slowly dying" pada pertengahan 2020 kemarin. Alasannya? Bermacam-macam, mulai dari ditundanya penyelenggaraan The International 10, merebaknya akun "smurf" dalam game, hingga turunnya angka pemain aktif dalam game dengan angka yang masif. 

Dengan cuek saya hiraukan desas-desus tersebut. Sebagai salah satu pecinta game Dota  yang sudah bermain selama hampir 15 tahun, saya tangkal gosip tersebut dengan beberapa alasan mengapa Dota tidak akan pernah mati

1. Game dengan mekanik yang rumit

Kampiun The International 5, Kurtis 'Aui_2000' Ling sering bergumam di meja analisis turnamennya bahwa Dota 2 merupakan game yang sangat kompleks hingga hal sekecil apa pun berpengaruh terhadap jalannya permainan. Ex-pro player yang kini menjadi caster dan analis tersebut menyoroti setiap hal sekecil apapun yang saling berpengaruh dalam Dota yang biasa disebut mekanik. 

Kevin 'Purge' Godec, seorang Youtuber dan juga pundit Dota 2 menjelaskan bahwa mekanik dalam Dota 2 diibaratkan seperti sebuah gir mesin yang saling beroperasi satu sama lain. Setiap gir yang bekerja dengan baik, tentu akan membuat gir-gir lain bekerja dengan semestinya, begitu pun gir yang bekerja dengan buruk. 

Semua mekanik yang ada dalam Dota selalu berubah seiring dengan berkembangnya Patch. Alasan itu lah yang membuat istilah META (Most Effective Tactics Available) lumrah di telinga pecinta Dota. Purge sendiri, setiap kali patch baru keluar, selalu merilis video analisis yang berdurasi sangat panjang. Patch terakhir yakni 7.30 yang rilis beberapa bulan lalu ia preteli hingga durasi video berjalan 4 jam lamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline