Lihat ke Halaman Asli

Disiplin, Siapa Peduli?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miskin! Siapa yang mau? Mungkin jika ditanya pertanyaan demikian hampir semua orang serentak akan menjawab dengan “saya tidak mau miskin”. Anehnya meskipun dirinya sendiri lantang menyatakan “saya tak mau miskin”, namun pada prakteknya ada segelintir orang yang nyaman berada pada posisi miskin. Memang aneh, akan tetapi hal tersebut bukanlah hal yang perlu untuk ditertawakan. Melainkan hal tersebut perlu untuk diluruskan.

Miskin yang saya maksud dalam hal ini ialah miskin kedisiplinan. Dalam urusan kedisiplianan entah disadari atau tidak kebanyakan orang merasa nyaman berada pada posisi miskin. Dan kini rupaya miskin kedisiplinan sedang banyak digandrungi di negeri ini, Indonesia. Lalu apa sih yang salah, apakah lebih enak menjadi orang yang miskin kediplinan daripada orang yang punya disiplin tinggi? Menurut saya sendiri mengapa kini banyak orang-orang yang merasa nyaman menjadi pribadi yang miskin kedisiplinan ialah disebabkan oleh faktor merasa cukup. Maksud cukup dalam hal ini ialah merasa bahwa selama masih mampu mendapat apa yang dibutuhkan dan yang dinginkan dengan kondisi miskin kediplinan, “ya mengapa tidak ( why not )”. Sehingga mereka beranggapan untuk apa menjadi orang yang disiplin, jika dengan kondisi miskin kedisiplinan saja mereka dapat melakukan apapun yang dinginkan. Dan untuk apa bersusah payah mengikuti peraturan/prosedur yang ada jika ada jalan pintas untuk mencapai sebuah tujuan. Selain itu mereka beranggapan jika proses itu tidaklah penting, yang terpenting ialah hasil.

Sebagai contoh terkecil bentuk kemiskinan moral yaitu ketika seseorang pelajar menyontek saat ulangan/ yang sering terjadi pada mahasiswa ialah budaya titip absen (TA). Dalam permasalahan tersebut menunjukan kondisi miskin kedisiplinan, mereka beranggapan proses untuk mendapat nilai baik saat ulangan atau cara supaya presensi kuliah penuh tidaklah penting. Yang terpenting nilai ulangan bagus dan presensi kuliah penuh. Dan akibat hal-hal yang melanggar kedisiplianan tersebut telah berakar kuat dan telah membudaya sejak mereka masih dalam usia pelajar akibatnya masalah kedisiplinan sulit untuk dihilangkan. Misalnya saja ketika seorang pelajar ketahuan mencontek saat ulangan atau ketahuan titip absen dan mereka diberi sanksi tetap saja pasti mereka akan cenderung mengulanginya lagi dilain waktu. Dan sanksi dianggap hanyalah sebagai angin lalu yang artinya yang lalu biarlah berlalu dan harus dilupakan. Nah, karena anggapan yang demikian tersebut ketika mereka para pelajar tersebut telah dewasa mereka juga akan tetap melalukan hal yang sama untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya ketika seseorang mencalonkan diri menjadi anggota legeslatif atau pejabat mereka akan melakukan jalan pintas supaya mereka terpilih menjadi anggata legeslatif atau untuk menduduki jabatan lain. Yang biasa dilakukan oleh para para caleg saat menjelang hari pemilihan ialah tradisi bagi-bagi uang atau bahasa kerennya money politic, supaya dengan harapan mereka dipilih oleh rakyat saat hari pemilihan. Mereka tidak memperhatikan apa konsekuensi yang akan mereka terima dengan pelanggaran yang mereka lakukan yang terpenting mereka bisa mendapat tujuan yang mereka inginkan. Dan bahkan hal ini sudahlah bukan menjadi barang rahasia yang harus ditutup-tutupi. Meskipun berulang kali ada yang mendapat sanksi karena melakukan hal ini tetap saja tradisi bagi-bagi uang masih tetap ada dan bahkan cenderung semakin banyak yang melakukan cara-cara demikian.

Hal ini menunjukan bahwasanya di negara ini kualitas itu tidaklah penting. Mengapa saya menyatakan hal yang demikian. Sebab untuk menjadi pribadi berkualitas, seseorang juga harus memperhatikan dan melakukan tindakan-tindakan yang berkualitas juga ketika hendak mencapai tujuan. Dan kini Indonesia merindukan orang-orang yang punya disiplin tinggi, yang mengedepankan kejujuran dan cara-cara sehat untuk mencapai sebuah tujuan supaya menjadi pribadi yang berkualitas.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline