Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Menuju Net Zero Carbon 2060

Diperbarui: 30 Januari 2024   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Zero Carbon di Indonesia

      

      Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, bencana alam, dan kerusakan lingkungan. Sebagai negara berkembang dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Indonesia juga menghadapi tantangan untuk mengurangi emisi karbon yang berasal dari berbagai sektor, seperti energi, industri, transportasi, dan pertanian.

      Krisis iklim menjadi salah satu masalah global yang paling mendesak untuk diatasi. Salah satu penyebab utama krisis iklim adalah emisi gas rumah kaca, seperti karbon dioksida (CO2). Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

       Untuk menunjukkan komitmennya dalam menangani perubahan iklim, Indonesia telah mengumumkan target untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060 atau lebih awal. Target ini lebih ambisius dari target sebelumnya, yaitu mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030. Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% pada tahun 2030, dan 41% pada tahun 2060. Komitmen ini ditegaskan kembali oleh Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (COP26) di Glasgow, Skotlandia, pada tahun 2021.

Untuk mencapai komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia telah mengambil berbagai langkah, antara lain:

  • Meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT), seperti energi surya, angin, dan air.
  • Meningkatkan efisiensi energi di berbagai sektor, seperti transportasi, industri, dan rumah tangga.
  • Menanam pohon untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Selain itu, Pemerintah Indonesia juga mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam mengurangi emisi karbon. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain:

  • Menggunakan transportasi umum atau bersepeda untuk mengurangi emisi dari kendaraan bermotor.
  • Matikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan untuk menghemat energi.
  • Memilah dan mengurangi sampah untuk mengurangi emisi gas metana dari pembuangan sampah.

      Namun, transformasi ini tidak mudah dilakukan, karena Indonesia masih menghadapi berbagai hambatan, seperti ketergantungan pada bahan bakar fosil, kurangnya infrastruktur dan investasi, rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, serta ketimpangan sosial dan ekonomi. Komitmen tersebut perlu didukung oleh upaya dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

     Berikut adalah beberapa tantangan yang perlu dihadapi Indonesia dalam mencapai komitmen reduksi karbon:

  • Masih tingginya ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil.
  • Kurangnya infrastruktur dan teknologi untuk mendukung pengembangan EBT.
  • Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi karbon, seperti hutan dan lahan gambut.

       Untuk mengatasi tantangan tersebut, Pemerintah Indonesia perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan berbagai kebijakan dan program yang dapat mendorong pengurangan emisi karbon. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengurangi emisi karbon.

      Dengan kerja sama dan sinergi dari semua pihak, Indonesia dapat mencapai komitmen reduksi karbon dan berkontribusi dalam upaya mengatasi krisis iklim.

     Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah melalui transfer teknologi, peningkatan kapasitas, dan pendanaan yang memadai. Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh transisi energi, seperti menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan daya saing ekonomi. Transisi energi juga dapat membantu Indonesia mencapai visinya untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2045.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline