Lihat ke Halaman Asli

musdalifah

Mahasiswa

Mahasiswa Depresi: Bunuh Diri Bukan Solusi

Diperbarui: 7 November 2023   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingginya angka bunuh diri yang menimpa generasi muda sangat menyesakkan dada. Selasa 10 Oktober mahasiswi UNES berinisial NJW ditemukan jatuh dari Mall Paragon Semarang. Mahasiswa berusia 20 tahun tersebut sempat menuliskan surat wasiat untuk ibunya. Surat tersebut berisi permintaan maaf karena tidak sesuai dengan ekspektasi ibunya.

Esoknya, kejadian serupa menimpa mahasiswi Udinus Semarang. Faktor penyebab bunuh diri menurut dugaan polisi karena terjerat pinjol. Kondisi mahasiswa semester akhir tersebut menurut penuturan pacarnya memiliki masalah di tempat kerja dan masalah keuangan.

Sangat memprihatinkan apa yang menimpa generasi muda hari ini, mereka begitu mudah terombang-ambing ketika menghadapi masalah. Meningkatnya kasus bunuh diri menjadi gambaran buruknya kesehatan mental generasi muda apalagi menimpa mahasiswa sebagai kaum intektual.

Kasus bunuh diri yang menimpa beberapa orang mahasiswi menjadi bukti bahwa perlu adanya evaluasi terhadap kurikulum yang diterapkan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai tingkatan paling tinggi pada proses pendidikan seharusnya membentuk manusia yang unggul dan berkepribadian. Perguruan tinggi selayaknya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi orang-orang yang belajar di dalamnya.

Banyaknya beban kuliah, tugas yang menumpuk, regulasi perkuliahan yang sulit dan tuntutan dari kampus. Wajar saja bukannya semakin pandai malah semakin stres akibat tugas. Ditambah lagi beban hidup yang semakin sulit. Setelah lulus generasi sudah dibebaani berbagai tuntutan ekonomi.

Lulusan perguruan tinggi kini dibentuk menjadi manusia yang memburu materi dan menjadikan standar kebahagiaan adalah materi. Mereka menjadi manusia berorientasi kerja. Tentu bukan tanpa alasan, melihat kebutuhan semakin banyak. Tak heran jika tujuannya hanya mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Insan unggul dan bertakwa hanya sebuah ilusi dalam sistem pendidikan sekuler. Memisahkan agama dari kehidupan, menjadikan kesehatan mental terganggu. Pelbagai tekanan hidup semakin menambah rapuh mental generasi.  Budaya hedon dan  individualisme memalingkan mahasiswa dari ciri yang seharusnya.

Ketahanan mental yang rapuh tanpa bekal agama, tidak heran solusi yang dipilih adalah mengakhiri hidup. Ketika ditimpa masalah, mereka tidak memiliki jalan keluar dan mudah putus asa. Ditambah lagi lingkungan tidak mengarahkan pada solusi yang benar, contoh yang didapatkan dari artis hingga influencer . Bunuh diri, narkoba, pornografi, penipuan dan berbagai kerusakan lainnya

Akibat penerapan sistem sekulerisme dengan pola pikir liberal menjadikan pemuda melakukan kebebasan sampai bablas, mengakhiri hidup pun dijadikan solusi yang mampu menyelesaikan permasalahan.

Islam
Islam adalah pandangan hidup yang memecahkan problem kehidupan manusia. Setiap problem tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu sama lain. Rapuhnya ketahanan mental generasi, biaya hidup yang menjerit, begitu pula standar kebahagiaan yang bertumpu pada materi. Inilah rangkaian dampak dari sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.

Untuk mengatasi problem tersebut dibutuhkan solusi yang tepat dan menyeluruh. Islam menjadikan syariat Islam sebagai penentu baik dan benar. Hukum yang lahir dari aturan sang pencipta. Apabila syariat Islam diterapkan untuk mengatur semua aspek kehidupan, akan lahir muslim yang kuat serta memiliki sikap optimis dalam menjalani kehidupan. Kesejahteraan dan keberkahan hidup pun dapat dirasakan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline