Lihat ke Halaman Asli

Ancaman Krisis Pangan dan Komitmen ASEAN

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dua tahun terakhir sejumlah negara didunia mengalami ancaman krisis pangan. Beberapa diantaranya bahkan berada pada level yang cukup kritis. Efek kerusuhan akibat kelangkaan pangan juga terjadi di sejumlah belahan bumi ini. Puncaknya, harga komoditas pangan naik bertahap yang pada akhirnya memicu inflasi. Berbeda dengan tahun 2008, krisis pangan tahun 2011 menunjukkan reaksi dan gejolak yang sangat hebat.Jika pada tahun 2008 krisis terjadi akibat persoalan cuaca dan bersifat temporer, kali ini peyebabnya lebih komplek. Setidaknya ada tiga faktor yang disinyalir menjadi penyebab utama. Pertama, adalah lonjakan jumlah penduduk, dimana total populasi di bumi meningkat drastis sehingga permintaan akan pangan ikut melonjak. Kedua, penggunaan komoditas pangan untuk bahan bakar. Dan yang terakhir adalah meningkatnya kesejahteraan penduduk yang berujung pada kenaikan permintaan komoditas pangan.

Sisi lain dari dampak dari krisis pangan tersebut seperti yang tulisan dalam laporan yang dipublikasikan oleh Earth Policy Institute. Laporan bertajuk The Great Food Crisis of 2011, Presiden Earth Policy Institute, Lester R Brown mengungkapkan data-data yang dijadikan indikasi akan rawanya krisis pangan dunia. Dari sisi komsumsi, ketiga faktor tersebut menyebabkan kenaikan konsumsi pangan dalam jumlah yang besar. Dalam 25 tahun terhitung dari tahun 1990-2005, tercatat konsumsi pangan hanya 25 juta ton per tahun, namun kenaikan luar biasa yang angkanya melebihi konsumsi pangan selama lebih dari 25 tahun terjadi antara tahun 2005-2010. Ada tiga negara yang diprediksi akan terimbas krisis pangan paling parah yakni China, India dan Indonesia.

Lebih jauh, krisis pangan di masa depan diyakini akan menjadi salah satu penyebab konfrontasi atau perang antar negara. Menggantikan ideologi dan kepentingan politik lainnya. Makin menipisnya stok pangan dunia menjadi alasan konflik tersebut. Harga komoditas pangan utama dunia, seperti beras gandum, dan jagung kian membungbung tinggi di luar jangkauan masyarakat. Hal itu memicu aksi protes diberbagai belahan dunia. Utamanya negara-negara yang berada di kawasan tersebut. Dalam dekade ini sekitar 840 juta manusia di seluruh dunia masih kekurangan pangan, 799 juta berada di negara-negara berkembang. (Sumber data FOA).

Informasi ini diperkuat oleh Direktur Jendral Organisasi Pangan Dunia PBB (FOA), mengutip pemberitaan yang di sampaikan oleh Dr. Jacques Diouf, “Stok pangan dunia akan mengalami masa kritis. Stok yang ada akan mencapai level terendah yang belum pernah terjadi sejak tahun 1980. Untuk tahun ini sudah 5% lebih rendah dari tahun lalu”. Badan PBB untuk Urusan Pangan dan Pertanian (FAO) merilis indeks harga pangan dunia per Januari lalu naik 3,4 persen menjadi 231 poin. Itu merupakan angka tertinggi sejak 1990, saat FAO mulai memantau harga pangan dunia. FAO juga mengeluarkan data faktor-faktor penyebab naiknya harga pangan dalam tujuh bulan berturut-turut. Empat faktor itu adalah cuaca, tingginya permintaan, berkurangnya hasil panen, dan beralihfungsinya lahan tanaman pangan dari tadinya untuk sumber makanan manusia menjadi bahan bioenergi.

Peringatan mahalnya harga pangan juga datang dari Bank Dunia. Bahkan,The Bank mengungkapkan bahwa harga pangan di mancanegara kini berada dalam “level berbahaya.” Laporan Bank Dunia yang dimuat dalam jurnal edisi terbaru, Food Price Watch, selama Oktober 2010 hingga Januari 2011 menyatakan harga pangan di tingkat global naik 15 persen. Tingginya harga pangan ini membuat sekitar 44 juta orang miskin di penjuru dunia kian melarat sejak Juni 2010.

KTT ASEAN Dan KRISIS PANGAN

Lalu bagaimana Indonesia dan Negara Negara ASEAN merespon ancaman krisis pangan tersebut? Sejauh ini Indonesia sudah melakukan sejumlah jurus agar efek negatif krisis pangan dapat diminimalisir. Bukti nyata yang diberikan Indonesia dalam menangani masalah pangandibuktikan dalam penyelesaian krisis pangan 2008 dengan menunjukkan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari harga pangan yang tinggi . Indonesia misalnya telah membuat operasi pasar untuk menekan harga beras di pasar dalam negeri. Indonesia juga akan mengimpor 1,3 juta ton beras pada tahun 2011. Sebagai hasil dari keberhasilan ini , suara Indonesia terdengar lebih baik di wilayah internasional .

Dunia ingin kita berbagi pengalaman kita dalam menghadapi ancaman krisis pangan dan ingin tahu strategi nasional kita di bidang ketahanan pangan. Ini adalah chip diplomatik berharga untuk mengejar agenda kita dan untuk mendorong masyarakat internasional untuk menangani masalah keamanan pangan di cara yang lebih baik . Yang banyak orang tergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka. Sektor pertanian itu sendiri memberikan kontribusi sekitar 14 persen dari total saham dari PDB Indonesia pada tahun 2007 . Dengan demikian , peningkatan jumlah investasi di sektor pertanian berarti bahwa lebih banyak orang Indonesia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk meringankan diri dari kemiskinan , memperkuat sektor pertanian dalam sistem ekonomi Indonesia , dan juga berkontribusi terhadap ketahanan pangan dunia yang lebih kuat .

Melihat hal tersebut sejumlah negara ASEAN dalam KKT yang baru melalui pertemuan di Jakarta menekankan pentingnya kerjasama antar negara untuk mengatasi krisis pangan regional. Presiden SBY menegaskan bahwa menipisnya stok pangan dunia di masa depan berpotensi mendasari konflik antar negara. Oleh karenanya sebelum konflik terjadi, SBY mengingatkan pemimpin ASEAN agar mengantisipasi stok pangan kawasan ASEAN. SBY menegaskan langkah untuk menjamin ketahanan pangan ini harus segera dilaksanakan. Mengingat kondisi saat ini yang dihadapkan dengan harga pangan dan energi yang sangat fluktuatif dan cenderung meningkat di pasar dunia. Salah satu langkah cepat yang harus diambil adalah pelaksanaan ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan. SBY juga menekankan agar ASEAN mencari solusi yang inovatif dengan terus mengeksplorasi sumber-sumber energi baru dan terbarukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan. "Implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conservation, dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota ASEAN”.

Himbauan SBY kepada para pemimpin ASEAN akan menjadi sebuah “warning” bagi tiap negara yang di kawasan itu agar terbebas dari masalah krisis pangan. Keprihatinan yang ditunjukan SBY bukanlah satu retorika untuk menakut-nakuti, akan tetapi lebih pada pembangunan wacana kebersamaan agar terhindar dari masalah pangan. Negara-negara ASEAN juga dapat belajar dari Negara kita bila memang ingin terbebas dari masalah krisis pangan. Kerjasama dalam berbagi informasi dan upaya penanggulangan beberapa masalah akan menjadi satu kekuatan yang pasti jika Negara Negara ASEAN ingin membesarkan kawasanya. Bukan tidak mustahil kawasan ASEAN akan menjadi kekuatan baru di dunia yang mampu menyelesaikan masalah pangan, terbebas dari masalah pangan dunia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline