Lihat ke Halaman Asli

Musa Hasyim

TERVERIFIKASI

M Musa Hasyim

Menggelorakan Memori Kolektif Bangsa Pelaut sebagai Benteng Pertahanan Kedaulatan NKRI di Laut China Selatan

Diperbarui: 1 Juni 2024   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapal perang TNI AL latihan perang di Laut Natuna Utara, sumber: tni.mil.id

Doktrin Nenek Moyangku Seorang Pelaut ternyata tidak dimiliki oleh bangsa Indonesia saja, jauh di lubuk pikiran masyarakat China doktrin itu tumbuh kuat. Tumbuhnya seperti benalu, merusak tanaman lain di sampingnya. Benalu itu merayap sampai ke wilayah Laut Natuna Utara.

Menurut Susanto Zuhdi, China pandai dalam memanfaatkan sejarah untuk menggapai kepentingan nasionalnya. China merasa bangga dengan nenek moyang mereka sebagai pelaut, sampai negara dengan julukan Tirai Bambu itu mengklaim wilayah Laut Natuna Utara sebagai bagian tak terpisahkan dari Sembilan Garis Putus-Putus miliknya.

Sembilan Garis Putus-Putus ini melengkung dari Taiwan, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, sampai Filipina. Garis yang kalau diperhatikan mirip kacang mete masih menempel di jambu ini sangat rentan memunculkan konflik-konflik di kemudian hari.

Sembilan Garis Putus-Putus China di Laut China Selatan, sumber: bbc.com

Sesama bangsa pelaut, tentu kita tidak terima dengan klaim tersebut. China tidak mematuhi aturan tertulis dalam Konvensi UNCLOS 1982 meski China ikut meratifikasi konvensi tersebut. Namun sebelum kita marah, ada baiknya kita belajar bagaimana China menjadi bangsa tangguh dan perkasa di laut meneruskan jejak leluhur mereka.

Menurut Global Times, China merupakan negara pengekspor ikan terbesar di dunia. Bahkan budidaya perairan China menyumbang lebih dari 60 persen total produksi ikan di dunia atau setara dengan 67 juta ton.

China juga menduduki posisi pertama sebagai negara dengan hasil tangkapan ikan laut terbanyak di dunia dengan total 11,77 juta ton. Hal tersebut senada dengan perintah Presiden China Xi Jinping supaya para nelayannya membangun kapal yang lebih besar, berlayar ke perairan yang lebih jauh, dan menangkap ikan yang lebih besar.

Sementara itu jumlah produksi ikan di Indonesia tidak sampai menyentuh angka 30 juta ton dan jumlah hasil tangkap ikan laut di Indonesia hanya mencapai 6,43 juta ton. Lebih menyedihkan lagi melimpahnya sumberdaya perikanan di Indonesia tidak dibarengi dengan jumlah konsumsi ikan yang tinggi.

Tak hanya di bidang perikanan, di bidang militer dan kemaritiman, China juga mengungguli Indonesia bahkan Asia.

Menurut data dari Global Fire Power, kekuataan Angkatan Laut China menempati posisi kedua sedunia dalam hal jumlah aset alutsista terbanyak di bidang kemaritiman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline