Menunggu waktu azan Maghrib di tengah pandemi seperti sekarang ini memang cocoknya diisi dengan kegiatan-kegiatan di rumah saja. Alhasil ponsel pintar jadi inceran. Saya rasa, hampir mayoritas penduduk Indonesia juga melakukannya sebagai pengganti ngabuburit di luar rumah.
Setelah dipikir-pikir, ada manfaatnya juga, ngabuburit di dalam rumah tentu akan menghemat pengeluaran kita selama Ramadan. Meski ponsel pintar juga butuh asupan kuota data setiap bulannya.
Nah, berbicara soal ponsel pintar, saya punya aplikasi-aplikasi super canggih yang dijamin dapat membuat pengalaman ngabuburit di rumah saja tidak monoton. Selain itu, aplikasi-aplikasi ini dapat bikin pinter si penggunanya. Smart people kudu mencobanya.
Pertama, kolang-kaling. Sebenarnya ini bukan nama asli dari aplikasi yang saya maksud. Kolang-kaling merupakan edisi cerita Slice of Life dari aplikasi asal Korsel, Webtoon. Setiap Ramadan, pasti pihak Webtoon mengeluarkan edisi tersebut. Setiap edisi diisi oleh berbagai penulis atau komikus resmi yang karyanya memang sudah bertengger di Webtoon sebelumnya, namun si penulis atau komikus membuat kisah yang lain, lebih seru dong pastinya.
Kenapa namanya kolang-kaling? Karena komik edisi khusus tersebut terbit sekitar pukul lima sore, menjelang waktu berbuka untuk wilayah Jawa dan sekitarnya. Selama Ramadan, kolang-kaling merupakan agenda wajib saya. Saya akan menyempatkan membaca komik yang tidak begitu panjang, biasanya selesai dibaca sekitar 5-8 menit saja dan itu langsung tamat, tidak ada namanya bersambung-bersambung segala. Satu cerita satu ending, komik pendek istilahnya.
Ada banyak pesan dan hikmah yang dapat kita ambil begitu membaca, mulai dari kisah perjuangan hidup, humor, fantasi, sampai romantis. Kisah yang ditampilkan melalui gambar berwarna, namanya juga komik. Dan memang ceritanya berputar di bulan Ramadan. Kenapa bikin pinter? Karena kadang-kadang si penulis atau komikus menyertakan fan fact dari seputaran kesehatan sampai agama.
Kedua, Quora. Bagi saya, Quora adalah pengganti media sosial mainstream. Quora tidak seperti Facebook, Instagram, atau Tiktok yang kadang mengumbar-umbar foto atau video pamer (tidak bisa dipukul rata, tapi di lingkaran pertemanan saya begitu iklimnya). Di Quora, kita bisa bertanya dan menjawab, bisa juga silent reader sebagai pembaca saja. Isinya daging semua (ilmu pengetahuan maksud saya).
Ada banyak sekali topik yang dibahas di Quora, mulai dari sosial, politik, kesehatan, sampai kisah hidup. Saya sih lebih suka topik politik dan kisah-kisah hidup. Para pengguna Quora juga beragam, semua kalangan bisa mengaksesnya. Bahkan ada juga sopir yang sering membagikan pengalamannya saat menyupir truk di belantara angker di Indonesia.
Untuk menambah wawasan dan cara sudut pandang yang luas, Quora masih menjadi pilihan. Di sanalah saya menemukan bahwa segala sesuatu tidak melulu dilihat dari satu sisi, apapun itu. Semua hal bisa dilihat dari kacamata yang berbeda-beda, tinggal kitanya sendiri mau menghargai pendapat atau tidak.
Sejauh pengamatan saya, konten-konten di Quora masih lebih bersih ketimbang Facebook dalam hal menyebarkan isu-isu terkini. Kalau Facebook, berita apa saja diumbar dan seringkali hoaks isinya. Quora ini mirip Kompasiana, namun Quora lebih dikenal sebagai media sosial sementara Kompasiana tempat nge-blog. Keduanya juga sama-sama saya gunakan.
Di Quora, saya sambil menyelam belajar berbahasa Inggris. Jadi saya menduplikasikan aplikasi Quora menjadi dua, satu khusus Quora bahasa Indonesia dan satunya berbahasa Inggris. Jendela wawasan saya pun semakin terbuka lebar. Meski kita tidak boleh mengambil mentah-mentah sumber Quora sebagai cara berpikir, namun setidaknya kita bisa mendapatkan ide menulis untuk dikembangkan lebih luas.