Lihat ke Halaman Asli

Musa Hasyim

TERVERIFIKASI

M Musa Hasyim

Logo HUT RI 75, dari Dikira Salib sampai Mirip Bendera Jepang, Mana yang Benar?

Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo HUT RI ke 75, sumber: tirto.id

HUT RI 75 ini berbeda dengan hari ulang tahun RI sebelum-sebelumnya. Mulai dari pandemi yang belum berakhir sehingga upacara rutin istana negara digelar daring, sampai polemik logo HUT RI yang dikira menyerupai salib.

Akibat polemik ini, warga di beberapa daerah menolak memasang logo resmi dari pemerintah itu. Dimulai dari warga Aceh yang mengecet garis-garis yang dianggap mirip salib sampai protes dari salah satu ormas di Solo.

Tak hanya dikira menyerupai salib, ada juga kelakar yang mengatakan bahwa logo HUT RI 75 memuat bendera Jepang. Pasalnya warna merah yang melingkar di tengah persegi berwarna putih dalam logo HUT RI 75 dianggap mirip dengan bendera Jepang.

Kelakar bendera Jepang ini sangat tidak masuk akal. Bukankah Jepang sudah pernah menjajah kita, masak pemerintah memasukkan unsur-unsur Jepang di dalam logo HUT RI 75. Secereboh-cerobohnya desainer grafis, mereka tidak akan lalai soal pemilihan unsur dalam sebuah logo kenegaraan.

Baca Juga: Mengenang Logo HUT RI, dari yang "Underrate" sampai "Overvalue"

Sebelum menjastifikasi soal logo, kita perlu belajar sedikit terkait apa itu logo? Apa pentingnya filosofi dalam sebuah logo? Siapa yang berhak mendeskripsikan makna dalam logo?

Kata logo berasal dari bahasa Yunani logos yang secara harfiah berarti "kata." Sebelum orang membuat logo, dia harus mengungkapkan sebuah kata dalam bentuk visual. Visual yang disajikan bisa berupa garis-garis, gambar, angka, tulisan atau kombinasi dari semuanya.

Ada logo yang dibuat serius, ada logo yang dibuat dengan sistem kebut semalam, ada logo yang simple, dan ada pula yang rumit.

Di zaman dengan semakin majunya teknologi digital, membuat logo tidak sesulit di zaman dulu. Oleh sebab itu, logo-logo yang kita lihat saat ini semakin bagus dan tidak begitu rumit. Sederhana tapi memiliki makna yang dalam.

Memilih warna untuk logo pun semakin diperhatikan. Warna yang dipilih akan merepresentasikan perusahaan, instansi, atau lembaga.

Jika salah memilih warna, bisa-bisa disalah tafsirkan oleh orang yang melihat. Seperti warna-warni pelangi yang dianggap sebagai warna solidaritas LGBT. Warna putih dianggap suci dan bersih. Hijau dianggap kedamaian dan beberapa filosofi warna lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline