Sebuah ledakan besar terjadi di Beirut, ibukota Lebanon pada Selasa (4/08) petang waktu setempat. Ledakan dahsyat yang digada-gadakan memiliki kekuatan seperlima ledakan di Hiroshima ini menewaskan 78 warga sipil.
Tak hanya menewaskan warga, ledakan super dahsyat yang berasal dari arah pelabuhan ini membuat ratusan ribu orang menjadi tunawisma. Rumah mereka hancur bersamaan dengan ledakan.
Mulanya saya kira ledakan itu akibat ulah terorisme namun sampai saat ini belum ada konfirmasi siapa yang bertanggung jawab atas insiden memilukan tersebut. Pemerintah Lebanon menjelaskan kepada publik bahwa ledakan itu disinyalir karena 2.750 ton ammonium nitrat yang merupakan pupuk pertanian mudah meledak.
Masalahnya adalah, apakah pemicu ledakan itu disengaja oleh oknum tertentu atau murni karena kecelakaan. Sampai saat ini belum ada konfirmasi pasti.
Di sisi lain, ledakan terjadi bersamaan dengan hantaman nyata lainnya di Lebanon. Hantaman ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja. Dan bisa saja menimbulkan konflik panjang sebagaimana Suriah dan Irak.
Pertama, kebangkrutan ekonomi. Sebelum pandemi Covid-19, Lebanon sudah dihadapkan oleh kemerosotan perekonomian di dalam negerinya.
Kebangkrutan tersebut terjadi akibat korupsi yang merajalela. Menurut lembaga Transparency International, tingkat korupsi di Lebanon menduduki posisi 138 dari 180 negara. Imbasnya sangat luas ke beberapa sektor lainnya.
Resesi sebesar 0,2 persen melanda Lebanon menjelang pergantian tahun. Bencana kelaparan ada di depan mata. Gelombang protes, dari yang damai sampai yang anarkis terjadi.
Bayang-bayang kemelut seperti yang terjadi di Venezuela dan Yunani bukan sesuatu yang mustahil terjadi karena beberapa tawaran bantuan tak kunjung didapat oleh Lebanon.
Kedua, pandemi Covid-19. Pandemi ini turut menambah kemelut ekonomi yang ada di Lebanon. Sendi-sendi perekonomian makin merosot tajam. PHK kerja dan pengangguran merajalela.