Mulai pertengahan Maret kemarin, beberapa kampus di Indonesia menerapkan kebijakan perkuliahan jarak jauh atau (PJJ).
Kebijakan ini buntut dari ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global oleh WHO. PJJ diharapkan dapat menekan angka persebaran virus Covid-19.
Bagi Universitas Indonesia yang berada tak jauh dari Jakarta, ancaman Covid-19 berada di depan mata. Mobilitas mahasiswa setiap hari, baik melalui KRL, Transjakarta, atau kendaraan pribadi berlalu lalang sehingga sebisa mungkin diminimalisir dengan menerapkan kebijakan PJJ.
Kebijakan ini tak hanya berlaku bagi Universitas Indonesia, melainkan juga berlaku bagi semua universitas di seluruh Indonesia. Seperti adik saya di Universitas Jendral Soedirman yang juga menerapkan kebijakan ini.
Bagi mahasiswa, menjalankan kuliah jarak jauh itu ada suka dan dukanya. Ada tantangan dan ada pula celah peluang. Mungkin sudah banyak yang membahas suka dan peluang karena bagi mahasiswa, tidak berangkat ke kampus merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri. Selain menghemat pengeluaran, waktu luang yang tersedia lebih banyak.
Mungkin bagi mahasiswa MIPA atau teknik, kuliah online akan sulit diterapkan karena bagaimanapun juga mereka membutuhkan laboratorium untuk praktik. Seperti pengalaman adik saya sebagai mahasiswa teknik, yang setiap hari harus menghitung sebagai imbas laboratorium yang ditutup. Semua materi diubah dengan kuis karena tidak mungkin juga adik saya ke laboratorium karena semua fasilitas kampus pun ditutup.
Tapi bagi mahasiswa rumpun sosial, budaya dan politik, kuliah daring juga memberikan tantangan yang sebenarnya tidak kalah banyak dari mahasiswa eksakta.
Lazimnya, mahasiswa rumpun Sospol diberikan teori-teori dan studi kasus oleh dosennya. Dosen akan menerangkan ini dan itu lalu memberikan tugas makalah, artikel, atau review. Mahasiswa juga sering disuruh untuk maju presentasi menjelaskan materi yang sudah dibagikan sebelumnya.
Semenjak PJJ ini, dosen lebih sering memberikan tugas. Seperti yang saya alami di mana setiap hari Senin, dosen akan mengirimkan e-book lalu setiap mahasiswa disuruh menganalisis per-babnya. Tapi tak jarang pula dosen yang lebih pengertian.
Dosen lainnya tahu betul bahwa memberikan tugas bejibun di tengah pandemi justru akan membuat mahasiswa stres. Sementara salah satu cara meningkatkan imun tubuh adalah dengan menghindari stres.
Bagaimana jika seorang mahasiswa positif Covid-19 lalu mengalami stres? Tentu saja kondisinya akan semakin buruk. Apalagi sudah ditemukan beberapa kasus Covid-19 yang ternyata tidak memiliki tanda-tanda terjangkit Covid-19. Daripada terlambat, lebih baik menghindar sebisa mungkin.