Lihat ke Halaman Asli

Mario b o j a n o Sogen

Pengagum Senja | Penulis | Content Writer

Ikhlas tapi Sakit

Diperbarui: 6 September 2021   08:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi


Entahlah... Aku tak tahu dari mana harus memulai. Aksara mana yang pantas kugunakan untuk ku awali cerita hatiku.


Magis tatapan matanya masih terus menikam disini, di dadaku. Hingga aku hanyut terbuai dihempas serpihan kenangan yang semakin menyiksa.


Bermalam-malam lalu masih baik-baik saja kala rasa dan harapan palsu itu belum membuai, merayu dan pada akhirnya benar-benar meninggalkan luka tanpa darah.

Aku harus apa ketika rasa di dalam dada tak ingin beranjak? Aku harus apa ketika kusadari air mata masih menetes memikirkan dirinya?

Hingga pernah setelah itu... Setelah sekian purnama aku akhirnya percaya dan inginkan segala rindu menjadi milikku seorang.

Tapi aku bisa apa? Harapku kini hanya harapan sia-sia. Cintanya bukan menjadi milikku. Rindunya bukan lagi untukku. Seribu waktu yang pernah kulalui bersama dekapan paling hangat darinya menyisakan bekas hanya untuk dikenang.

Aku ingin ikhlas. Aku ingin lepaskan segalanya. Tapi jujur, yang kurasakan hanya sakit. Sakit yang semakin subur ketika sosoknya seolah hadir kembali dan lalu lalang dalam benakku.

Seseorang tolong katakan padaku. Harus dengan cara apa agar ikhlasku tak percuma? Agar ikhlasku menjadi sungguh? Agar sebuah temu yang biasa-biasa saja tak menyisakan luka yang abadi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline