Lihat ke Halaman Asli

Degradasi Nasionalisme Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum merdeka, rasa nasionalisme yang ada didada setiap rakyat Indonesia sangat tinggi bahkan meledak-ledak, namun setelah merdeka, nasionalisme itu selalu mengalami pasang surut.

Pasang surutnya nasionalisme tersebut juga tidak terlepas dari program yang diterapkan pemerintah selalu berubah-ubah seiring dengan berganti-gantinya kepala pemerintahan.

Pada saat ini, nasionalisme di Indonesia sedang mengalami degradasi. Banyak terjadi bukti empiris bahwa oknum pemimpin negeri dan kelompok masyarakat telah banyak mengabaikan kepentingan bangsa, cenderung berorientasi jangka pendek dan hanya egois mementing diri sendiri dan kelompok. Maraknya mafia peradilan, money politics, dan korupsi merupakan dampak dari degradasi nasionalisme di Indonesia. Stephen Covey dalam bukunya Principle-Centered Leadership mengemukakan 7 dosa dari pemimpin masa kini, yaitu: (1) kaya tanpa kerja, (2) hiburan tanpa hati nurani, (3) pengetahuan tanpa karakter, (4) perdagangan dan bisnis tanpa moralitas atau etika, (5) Iptek tanpa kemanusiaan, (6.) agama tanpa pengorbanan, serta (7) politik tanpa prinsip. Kebobrokan moral tersebut juga banyak dialami oleh sebagian oknum pemimpin di negeri ini.

Timor Timur telah lepas dari pangkuan tanah air akibat kebijakan keliru dari pemerintah. Berbagai konflik bernuansa SARA juga masih menghantui, seperti  kasus Ambon, dan kasus Dayak-Madura. Banyak yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami demoralisasi. Jelas bahwa nasionalisme bangsa Indonesia pada saat ini benar-benar dalam kondisi terpuruk.

Hanya ingin berbagi.........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline