November bersejarah
Mengenang memori lama
saat pemuda-pemuda penuh cinta
Menggelora diantara bumantara
Suara melantang riang di udara
Satu ujar, merasuk dalam jiwa
Menyala memerah tak lagi fana
peluh itu bercucuran, tak mengapa
tuk Panji kebebabasan Indonesia
Nyawa tinggal nyawa,,
Saat dentuman keras menyambar
Darah memercik muka kotor
air mata bukan lagi air mata
Semut-semut kecil menggigit
membius menyuntik nyeri
Tak biasa sakitnya!
Air mata jatuh
Bersimbah dengan peluh
jika dengan tenaga tak bisa apa-apa
Mungkin dengan jiwa raga
Arek-arek itu bergegas melangkah
Bersatu padu
Peluh, air mata, nyawa,,,,utuh
10 November memberi kabar
Ada manusia-manusia tak gentar
Memberi perlawanan, mengusir
Mempertahankan teritori
Bentengnya kuat melebihi baja
Peluru-peluru menjadi santapan dada
Indonesia merdeka, sekali merdeka, tetap merdeka, kendati nyawa sekalipun untuk mempertahankannya,
10/10,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H