Pagi menyapa, mata terbelalak saat melihat panorama didepan sana,,
"Maaasya Allah" batinku.
Nikmat seperti apa lagi yang mesti dicari, kalau bangun pagi, udah ada suguhan kopi, duduk di teras menikmati hamparan hijau di depan sana, membiarkan diri untuk terhentak dari embusan udara pagi.
Udara disini terbilang masih asri. Belum terkontaminasi dari asap-asap polusi industri. Meskipun ini masuk jalur Provinsi menuju Sulawesi Tengah, tapi tidak sepadat yang kami kira, atau mungkin ini masih terlalu pagi ? Entah.
Lahan Sawah. Di kampung ku sendiri tak ada sawah. keluarga Elis punya berpetak-petak sawah di depan sana. Tetapi kali ini belum ditanami. Masih menunggu musim yang pas sepertinya.
"Lis, itu di depan sana, kebun sawahmu ya?" Tanyaku di sela kepulan.
"Iya, tapi hanya pada bagian depan ini, sebagian milik orang lain juga, disana ada tambak udang, milik kami juga". Jawabnya seperti biasa dengan lirih.
Kakak himpunan ku seperti biasa, intens menatap gaway. Apalagi kalau bukan bikin insta story. Fotoin secangkir kopi, dengan latar belakang hamparan yang indah itu, dengan caption puitis ala muda-mudi ya kan, hehe.
Mentari semakin mendaki. Satu jam untuk bercerita dan berbagi inspirasi rasanya sudah cukup. Sarapan pula telah selesai. Elis sesungguhnya telah menjadi tuan rumah yang memperlakukan kami selayaknya Raja. Gadis ini selalu buat penasaran jadinya. Jangan lupakan senyum itu, intuisi ku tertuju kepadanya.
"Terimakasih untuk rumah nyaman mu Elis."