Suatu keniscayaan bahwa manusia tidak akan pernah stagnan. Apapun itu, terus bergerak, berotasi, mengikuti ritme, dan beradaptasi dengan segala situasi yang ada.
Dalam konteks sosial, pergerakan yang dibangun harus selalu berlandaskan pada hal-hal moral kepentingan kebanyakan, apalagi kalau bukan mereka(Rakyat kecil). Menuntut dan memperjuangkan keadilan adalah mesti dimassifkan, entah vokal yang lantang berucap, ataupun goresan pena yang membekas. Seharusnya ini juga perlu menjadi sebuah prinsip.
Selalu ada kontradiksi. Tidak perlu jauh-jauh melihat itu. Lihat sekeliling saja perlakuan, sikap, bahkan teman sendiri pun yang bangsat. Bergerak dalam sanjungan, niatan tersirat tersembunyi dalam kegelapan dan setelah hasrat terpenuhi, hilang tanpa jejak, dikontak pula tak juga ada tanda-tanda, keparat.
Terlepas dari itu memang perlu kita bersahabat. Teman itu bisa banyak sekali, bisa sekian tak terhingga. Tapi Sahabat, adalah sesuatu yang spesial untuk dimiliki. Sederhananya adalah bahwa suka duka sahabat akan selalu ada. Titik tidak pake koma. Kalau teman ya, tafsirkan saja sendiri.
Dunia pergerakan adalah dunia semestinya. Bukan mestinya bergerak dalam kebenaran, kah? Justru kita mesti berkontemplasi bahwa tidak pernah ada yang suci atau toh, benar. Kecuali Kebenaran hanya untuk kepada-Nya dan melalui pesan-pesan maknawi melalui kekasih-kekasih pilihan. Itu yang mesti dipegang erat-erat.
Olehnya itu setiap langkah tidak perlu juga terburu-buru. Berjalanlah secara perlahan tapi memiliki arah dan tujuan yang jelas, sehingga melekatkan esensi kepastian. Pelan tapi pasti. Juga bagi dunia pergerakan substansinya tidak melulu bergejolak dalam api yang membara, seperti asap pekat hitam membumbung mengikuti kemana arah suara bergema. Tetapi juga melalui media massa adalah mutlak untuk digencarkan.
Kita hidup dalam dunia dengan arus informasi yang begitu cepat. Tidak bisa tidak harus beradaptasi dengan segala kerumitan yang ada. Kenapa rumit, karena memang saat ini dan seterusnya tidak akan pernah berjalan mudah, itulah makna kehidupan, selalu ada tantangan dan pengorbanan.
Ada kesenjangan yang mesti dipulihkan, instabilitas sudah bercabang, pemerintah dan rakyat selalu menjadi tajuk utama. Kebijakan, janji-janji palsu, cita-cita yang masih mengambang, atau bahkan jelas namun belum terealisasikan. Pada intinya memang benar bahwa sekedar ucapan tidaklah cukup, tetapi perlu aksi nyata. Kenapa, karena nyamuk pun juga ribut. Menggigit lagi !
Terakhir untuk kaum rebahan. Kalau mau jalan mulus, rebahan saja terusan. Jadilah orang gemuk, makanlah itu tempat.
Semoga tulisan receh ini membangkitkan semangat pergerakan, ya, paling tidak satu persen saja sudah cukup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H