Merdeka mengaung seantero Nusantara, Bangsa yang terlepas dari belenggu dan kungkungan penjajah berkomitmen penuh untuk mengorbankan jiwa,raga, dan upaya untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan bangsa.
Mereka tidak rela kita merdeka Mereka tidak rela kita menjadi bangsa Mereka tidak rela kita berdikari karena gejolak syahwat, senantiasa menyulut mereka untuk menggoyahkan bambu runcing yang sedang kita genggam dengan erat.
Maka November menjadi nyata Setelah proklamasi kemerdekaan bersuara, bangsa asing pertama yang menyerang Indonesia setelah kemerdekaan kita, Inggris dengan segala daya dan apapun dia menggempur secara membabi buta setelah Mallaby mereka terbunuh jua oleh Pahlawan kemerdekaan bangsa diakhir Oktober.
Maka sekali merdeka tetap merdeka permintaan untuk melepaskan senjata agar menghentikan bahkan menyerah saja dari penjajah. Tidak demikian adanya, karena sekali merdeka tetap merdeka sekali berikrar, darah maupun nyawa siap dikorbankan jua.
Para arek Suroboyo dengan berbagai rupa, berangkat dengan hati terbuka, berbondong dan diiringi dengan gema takbir dari bung Tomo menggelegar menggetarkan jiwa dan menghujam sanubari dari segenap insan yang ada
Maka 10 November menjadi Sejarah Darat, laut, udara digempur 3 Minggu lamanya oleh pasukan bengis itu. Pertempuran pecah jua, puluhan ribu pemuda Surabaya gugur dengan wangi semerbak, ratusan ribu insan pemuda meninggalkan kota Surabaya yang telah menjadi darah Perjuangan,pengorbanan dan cinta.
Sementara pasukan bengis itu, ribuan tentara Inggris, berbagai alat kelengkapan,disabotase dengan bringas oleh arek-arek Suroboyo bukan tanpa dampak, tapi semua kehancuran itu menjadi saksi sejarah betapa kewalahannya penjajah itu dalam menghadapi perlawanan perjuangan kemerdekaan bangsa.
Mari untuk tidak lupa mengingat sejarah perjuangan bangsa, tetap eratkan genggaman tangan, acungkan bambu runcing perjuangan, ikatlah dengan kuat bendera merah putih yang telah berkibar,
Bersama dalam mengenang
Bersatu dalam persaudaraan