Hawa panas menyelimuti
Bunga api mekar diatas tumpukan marah
Berlapis darah dan dendam membara
Hempasan angin semakin meyulut api menyala
Petas kecil mulai melahap satu per satu
bunyi kresek ranting dedaunan kering hancur lebur bersama ranting rapuh tak berdaya luluh lantahkan semua ragu
Api Menyulut semakin tak terarah
Jiwa bersiteru dengan kenyataannya pilu tak ubahnya seperti batu diatas bara mendidihkan asa, dan raga diatas daya yang tak berupaya
Api perlahan mereda setelah tumpukan amarah terbakar sudah, menyisakan sisa merah hawa panas dan debu menyatu menumpukkan puing-puing pilu berterbangan terhempaskan bersama lega bahagia
Sesaat mendingin di atas bukit tinggi menyaksikan kerlap cahaya sejauh mata memandang, tertawa diatas asap mengepul sisa api membakar, melahap dan sedikit beraksi dalam gulita, tawa nyaring memecah sunyi, dendam berkepanjangan masih saja ada
Musafar Ukba, Amarilis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H