Kekasih... Sudahkah kapalmu berlabuh? Seberapa jauhkah kau dari dermaga?
Sementara di sini, di duniaku yg sunyi...,
Masih terasa massamu di belakangku saat berkendara,
Masih terlihat wajahmu merona dengan jelasnya
Dan jilbabmu tersapu udara yang melayang-layang itu di sepion motor.
Masih terasa di saat kau sesekali mencubit perutku dengan tersipu saat kumainkan kepalaku mengikuti
alunan angklung di perempatan itu.
Kau masih tersisa di sini,
Bersama setiap sudut kota yang pernah kita lalui..
Namun aku khawatir kekasih, ketika terjaga di malam suntuk, lalu terlintas pertanyaan yg paling celaka dalam benakku..
"Aku bisa apa jika ternyata suatu saat semua ini hanyalah mimpi?" Aku bergegas mencari kontakmu dan benar saja, masih tersimpan nomormu beserta nama indahmu "CiDinDaku" namun aku masih kepalang panik, kucoba menghubungi hanya untuk mendengar suaramu dan memastikan bahwa kau bukanlah fiksi.
Berdebar hati ini, ingin rasanya kepalaku retak ketika nomor yg kuhubungi berkali-kali tak juga berbalas di ujung sana.. akankah segala kenangan kita hanyalah mimpi? Aku masih harus berhusnudzon saja kali ini, barangkali memang kamu nyata, dan harus nyata. Hanya saja kau mungkin sementara berlayar di tengah samudra tanpa sebatang sinyalpun yg bisa menghubungkan kita.
Tolong, kabari aku jikapun kau telah berlabuh di dermaga yg kau tuju untuk sekadar memastikan bahwa kau memang benar-benar ada, dan kenangan kita bukanlah mimpi!
Yogyakarta, Kamis 30 Mei 2019 Pkl.16.17 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H