Lihat ke Halaman Asli

Musa Andika

Buruh penulis lepas

Mahasiswa dan Tanggung Jawab Good Governance

Diperbarui: 1 Maret 2022   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : RuangMom

Menjadi mahasiswa merupakan sebuah tanggungjawab. Kepada rakyat dan jatidiri mahasiswalah tanggungjawab itu dipertaruhkan. Mahasiswa bukan hanya mengatakan yang benar kepada kekuasaan, paling tidak mahasiswa memberikan sumbangsi posisi dan intelektual yang nantinya menjadi menjadi bagian penting dari perubahan yang lebih “benar” (kritis perubahan dan melawan segala bentuk otoritas). Mahasiswa mempunyai jatidiri ataupun identitas jiwa perlawanan, kritis, sosial, perubahan. Identitas tersebut patut dipertanyakan. Apakah identitas tersebut sudah tumbuh menjadi jiwa dan nurani bagi mahasiswa? Jangan-jangan hanya sebagai budak dan mesin pemikir penguasa.

Mahasiswa yang katanya menjadi kaum yang berintelektual cenderung terjebak dalam lumpur yang telah menghianati nilai dari keintelektualnya. Mahasiswa adalah kelompok yang mampu mengarahkan dan menghadirkan perubahan sesuai dengan keinginan masyarakat. Mahasiswa harusnya mampu membongkar semua maksud dari hegemoni yang terus dilancarkan relasi kekuasaan.

Sangat menarik sekali jika pergerakan mahasiswa sekarang ini. Sistemik revolusi, pemerintahan rakyat, pemerintahan kaum muda, pemerintahan perubahan, dan lain sebagainya merupakan tawaran yang menarik dan tentu saja perlu adanya telaah yang cukup mendalam. Peran mahasiswa dalam mengawal pemerintahan sangat perlu, karena pemerintahan Indonesia masih dalam tahapan menuju cita-cita reformasi belum tercapai. Secara konteks reformasi Indonesia masih tidak tahu arah tujuan reformasi. Para aktivis 98 sendiri yang dulunya ikut andil dalam gerakan reformasi yang sekarang berada dalam pemerintahan kini tidak tahu akan berbuat apa, malahan mereka menciderai cita-cita reformasi dengan hegemoni kekuasaan yang marak terjadi.

Dalam era disrupsi seperti sekarang ini peran mahasiswa tentunya sangat penting untuk turut andil dalam perubahan yang terjadi di masyarakat. Dengan semakin canggihnya teknologi, apapun bisa diakses dengan mudah dan cepat. Mahasiswa di era disrupsi ini memiliki budaya yang berbeda denga generasi yang lama. Dalam era ini peran mahasiswa tak lepas dari kondisi VUCA (Volatility, Ucertainty, Complexity, dan Ambiguity).

Volatility banyak dipicu dengan perubahan atau labilnya perkembangan yang disebabkan oleh teknologi 4.0 di era ini banyak muncul inovasi-inovasi dari mahasiswa yang lebih mumpuni mengenai teknologi, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa kepekaan terhadap dunia sosial mulai terkikis. Mahasiswa yang kadang salah dalam menggunakan teknologi yang berakibat ketidak kritisan terhadap pemerintah.

Teknologi yang seharusnya memudahkan mahasiswa dalam mencari informasi yang terjadi dalam pemerintahan ataupun masyarakat kini disalah gunakan dengan mengakses yang tidak penting maupun digunakan sebagai hiburan tanpa henti. Dengan adanya era teknologi seperti ini mahasiswa dihadapkan dengan sistem yang mampu mengembangkan dan mengontrol dengan mudah yang terkadang sistem itu tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

Selanjutnya perubahan iklim, dinamika geopolotik global yang menjadi salah satu pemicu Ucertainty. Persoalan yang terjadi pada mahasiswa karena maraknya praktik politik praktis yang ditunjukan kepada mahasiswa demi kepentingan hegemoni kekuasaan yang memanfaatkan  intelektual mahasiswa untuk menjadikan kekuasaannya langgeng dan rakyat yang hanya mengikuti penguasa dan lebih parahnya lagi mahasiswa yang tidak kritis terhadap dinamika perpolitikan tersebut merasa dirinya penting karena berperan membantu pemerintah yang berdampak ketidakpekaan terhadaap rakyat. Hai itu menjadi salah satu persoalan menjadi semakin kompleks, sehingga mahasiswa dituntut harus berfikir sistem secara komprehensif.

Selain itu permasalahan yang terjadi menjadi semakin familiar yang menyebabkan situasi ambigu. Disini peran mahasiswa juga sangat penting untuk membangun gerakan intelektual yang bertujuan untuk kejelasan dinamika perpolitikan di Indonesia khususnya, yang masih menjadi misteri dalam cita-cita reformasi. Dengan begitu mahasiswa harus berorientasi masa depan dengan VUCA.

Pada era disrupsi seperti ini gerakan mahasiswa dituntut untuk mengembangkan sistem jangka pendek dengan memerlukan adaptasi yang cepat dari situasi apapun. Dalam gerakan perlu ditelaah bagaimana reformulasi dan revitalisasi model gerakan mahasiswa untuk menjadi adaptif terhadap perubahan dan tantangan ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline